Karakteristik Khairu Ummah

“Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar
dan beriman kepada Allah”.

“Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka;
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik”.


Ayat di atas merupakan komentar Allah SWT terhadap ummat Islam.
Tetapi saat ini banyak di antara umat Islam menggugat dengan
berbagai macam pertanyaan. Benarkah kita ini ummat yang terbaik?
Tapi mengapa kita menjadi ummat yang terhina? Dan berbagai macam
persoalan kita temukan di dalam umat ini.
Ternyata kita hanya pandai menggugat, tetapi kita tidak pandai
mengkoreksi diri. Kita banyak menuntut hak, tetapi kita tinggalkan
kewajiban. Disadari atau tidak potret ummat Islam saat ini adalah
refleksi dari pribadi-pribadi muslim yang ada.
Kalau diperhatikan dengan cermat paling tidak ada tiga ciri yang
disebutkan oleh Allah SWT dalam ayat tersebut sehingga Allah SWT
berkenan menyebut sebagai ummat yang terbaik (khairu ummah). Tanpa
ke tiga ciri tersebut jangan berharap ummat Islam menjadi umat yang
terbaik, bahkan sebaliknya dia
akan menjadi bulan-bulanan musuh-musuh Allah SWT bahkan lebih hina
dari hewan karena nyawanya tidak ada harganya sekalipun.
Apa saja ke tiga karakteristik tersebut; Satu, Ta'muruna bil ma’ruf
(menyuruh kepada yang ma'ruf), Dua, Tanhauna anil munkar (mencegah
dari yang mungkar) dan Tiga, Tu'minunabillah (beriman kepada Allah).
>Ta'muruna bil Ma'ruf
Menyeru manusia kepada yang ma'ruf adalah tugas utama dan menjadi
kewajiban setiap muslim. Muslim yang tidak memahami ini maka perlu
dipertanyakan kemuslimannya. Mengapa Muslim wajib menjalankan misi
ini?
Setiap muslim harus sadar bahwa seandainya dunia ini terhenti
sedetik saja dari kejahiliyahan dan kejahatan manusia, maka syetan
akan menangis dan tidak pernah akan tinggal diam untuk terus menerus
menyesatkan manusia.
Oleh karena itu, ummat Islam harus mempersiapkan segala kekuatan
untuk menegakkan amar ma’ruf dan dalam menegakkannya tidak cukup
hanya dengan kata-kata, adakalanya dengan kekuatan senjata.
Generasi awal Muslim adalah generasi yang paling bersemangat dalam
mempraktekkan hal ini. Tak ada diantara mereka yang tinggal diam
dalam melanjutkan risalah kenabian sepeninggal Rasulullah SAW.
Tengoklah Abu Bakar ra, apa yang beliau katakan kepada Umar? "Demi
Allah wahai Umar, sekiranya mereka mengabaikan seutas tali untanya
seperti apa yang telah mereka lakukan kepada Rasulullah SAW, niscaya
mereka akan kuperangi". Atau
tengoklah dialog Umar dengan Rasulullah SAW di Hudaibiyah, "Ya
Rasulullah apakah kita ini di pihak yang benar?" Rasul SAW menjawab
"Ya", Umar berkata, "Kalau begitu kita perangi mereka".
Tidak ada sedikitpun keraguan mereka untuk menegakkan kebenaran
sekalipun terasa pahit bagi mereka. Semangat yang disertai keimanan
yang kokoh yang tidak tergoyahkan sehingga mereka menjadi
pribadi-pribadi yang paripurna.
Tanhauna Anil Munkar
Apa perkataan Imam Ali ra?, "Al-haq yang tidak terorganisir akan
dikalahkan dengan kebathilan yang terorganisir". Berarti memerangi
kemunkaran itu harus serius, tidak bisa sporadis dan asal jadi.
Memerangi kemunkaran tidak cukup berteriak-teriak di depan podium
masjid sementara pihak kebathilan menggunakan rudal dan media masa.
Memerangi kemunkaran juga tidak cukup dengan hanya Fatwa tapi harus
ada kekuatan hukum yang
mengikat.
Tidakkah kita sadar bahwa hanya karena homoseksual di jaman Nabi
Luth Allah SWT menghancurkan kaum Nabi Luth termasuk istrinya dengan
hujan batu.
Kaum Nabi Shaleh karena ketidaktaatannya Allah hancurkan mereka
dengan gempa. Kaum Nuh, Allah hancurkan mereka dengan banjir besar.
Apa kemungkaran yang telah dilakukan manusia pada saat ini?
Semua apa yang dikerjakan oleh ummat-ummat sebelumnya dikerjakan
pada saat ini. Lalu adilkah Allah SWT kalau menimpakan azab kepada
umat saat ini mengingat hanya karena prilaku homoseksual sebagai
satu kesalahan umat Luth, lalu Allah SWT memberikan azab?
Itulah sifat dari kebathilan bahwa ia tidak akan pernah surut
walaupun satu detik saja. Menyadari akan sifat ini, Islam tidak
memberikan ruang sedikitpun kepada kebatilan/terorisme sehingga
begitu tegaslah hukum Islam dan diperangi tanpa batas.
Lalu manakala ummat Islam melalaikan ini semua. Allah memberikan
azab dengan terhinanya mereka di dunia. Harga diri mereka bisa
dijual dengan harta dan tahta. Tetapi tidak untuk orang-orang yang
yakin.
Para sahabat Rasulullah SAW adalah orang-orang yang sangat peka
terhadap kemungkaran. Bila tidak cukup dengan kata-kata dan
peringatan maka pedang yang akan bermain, sehingga syetan pun akan
lari terbirit-birit bila melihat Umar Al Faruq.
Muaz bin Jabal tidak hanya berperan sebagai gubernur, tapi juga
merangkap sebagai seorang da'i di Yaman. Para diplomat-diplomat
Rasulullah SAW yang dikirim ke berbagai negara mereka menyampaikan
pesan tauhid dan menentang kezdaliman. Pendek kata mereka tidak
sedetik pun memberikan ruang gerak kepada teroris dan kejahilan.
Tu'minuuna Billaah
Seorang muslim yang telah bersyahadat pada dasarnya ia telah
memproklamirkan diri bahwa; Tidak ada yang patut disembah kecuali
Allah. Tidak ada yang ditakuti kecuali Allah.
Tidak ada pemberi rizki kecuali Allah. Tidak ada Pencipta kecuali
Allah. Tidak ada penguasa kecuali Allah. Tidak ada hukum kecuali
hukum Allah. Tidak ada yang dicintai kecuali Allah.
Abuzar Al Giffari ketika bersyahadat di hadapan Rasul, langsung saat
itu juga memproklamirkan diri di hadapan kaum kafir Qurays sehingga
beliau babak belur.
Hamzah bin Abdul Mutholib berkata "siapa yang coba memerangi Islam
duel dengan aku". Muslim yang benar tak akan bersandarkan kepada
kekuasaan yang rapuh. Ia tak akan gentar sedikit pun dalam
menjalankan amanat amar ma'ruf nahi munkar.
Ia tak akan takut mati karena syahid adalah yang ia tuju. Ia tak
akan gentar hanya karena boikot ekonomi. Ia tak akan gentar dengan
gertakan dan bom-bom yang dijatuhkan. Dan karakteristik umat
Muhammad semacam ini Allah bangkitkan setiap satu abad.
Sehingga dunia ini tidak pernah sepi dari para mujahid dan
mujadidnya (pembaharu yang mengembailikan Islam ke aslinya
akibat penyimpangan-penyimpangan).
Ketiga karakteristik tersebut di atas manakala ia hilang dalam
komunitas muslim. Maka kehancuran demi kehancuran akan selalu di
derita. Akan tumbuh sifat-sifat penakut, cari amannya saja, buruk
sangka terhadap Allah, cuek terhadap Al-Qur’an, cinta dunia dan
takut mati.
Kalau ini semua terjadi, maka kita hanya tinggal menunggu ajab Allah
SWT. Dan siap-siap menjadi mangsa dari para teroris sejati.

No comments:

Post a Comment

Tentang Saya