Perkembangan Ba'alawi (Habib/Habaib) dibagi empat fase, setiap fase mempunyai ciri yg tersendiri. Perkembangan ini terjadi sebab pengaruh besar beberapa tokoh Ba'alawi, serta ketegaran dan kesabaran mereka dalam menempuh kehidupan yg bergolak di setiap zaman. Namun begitu, kaum Ba'alawi masih berpegang teguh kepada kepribadian mereka yang istiqamah kepada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah. Fase perkembangan Ba 'Alawi diuraikan seperti berikut:
Labels
Showing posts with label Riwayat. Show all posts
Showing posts with label Riwayat. Show all posts
Sejarah perkembangan Ba'alawi (Habib/Habaib)
Perkembangan Ba'alawi (Habib/Habaib) dibagi empat fase, setiap fase mempunyai ciri yg tersendiri. Perkembangan ini terjadi sebab pengaruh besar beberapa tokoh Ba'alawi, serta ketegaran dan kesabaran mereka dalam menempuh kehidupan yg bergolak di setiap zaman. Namun begitu, kaum Ba'alawi masih berpegang teguh kepada kepribadian mereka yang istiqamah kepada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah. Fase perkembangan Ba 'Alawi diuraikan seperti berikut:
Siapakah Ba'alawi (Habib/Habaib)
Ba'alawi adalah gelar
yg diberi kpd mereka yg bersambung nasabnya kpd Alawi bin Ubaidullah
bin Ahmad bin Isa
Al-Muhajir. Cucu Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir ini merupakan orang
pertama yg dilahirkan di Hadramaut.
Oleh karna itu anak-cucu Alawi
diberi gelar Ba'alawi, yg artinya
keturunan Alawi.
Panggilan Ba'alawi juga bertujuan memisahkan kumpulan keluarga ini dari cabang-2 keluarga lain yg masih memiliki garis keturunan Nabi Muhammad s.a.w. Ba'alawi juga dikenali dengan panggilan Sayyid. Keluarga yg berasal dari Hadhramaut ini, telah menyebar dan banyak di antara mereka menetap di pelosok Nusantara, India dan Afrika.
Panggilan Ba'alawi juga bertujuan memisahkan kumpulan keluarga ini dari cabang-2 keluarga lain yg masih memiliki garis keturunan Nabi Muhammad s.a.w. Ba'alawi juga dikenali dengan panggilan Sayyid. Keluarga yg berasal dari Hadhramaut ini, telah menyebar dan banyak di antara mereka menetap di pelosok Nusantara, India dan Afrika.
Dakwah Ahlul Bait Nabi SAW bag. II
Dakwah para Ahlul Bait ke Asia
Hijrah Ahlul Bait tidak terbatas ke Hindia dan daratan Cina serta kepulauan-kepulauan di Asia Tenggara, bahkan sebagian dari mereka pergi ke Afrika. Demikian keterangan DR. Muhammad Abduh Yamani mengenai keberadaan keturunan Siti Fathimah di berbagai Negara. Sebagian dari mereka menempuh perjalanan laut menuju pantai-pantai Hindia dengan tujuan berdagang dan menyeru kepada Allah Azza wa Jalla. Ada yang hijrah dari Hindia menuju pulau-pulau di Laut Cina demi tujuan yang sama. Ada pula yang keluar dari Hadramaut secara langsung menuju pulau-pulau itu sambil membawa risalah Islamiah. Mereka ini telah mendapat sukses besar dalam berda’wah. Upaya seperti ini menyebabkan banyak orang masuk Islam dan sebagian menjadi menantu raja-raja dan pangeran-pangeran di pulau-pulau itu.
Dakwah Ahlul Bait Nabi SAW bag. I
Peradaban Arab
Menurut Muhammad bin Ahmad al-Syatri dalam kitabnya Adwar al-Tarikh al-Hadrami, bangsa Arab terbagi menjadi tiga golongan : al-Ba’idah yaitu bangsa Arab terdahulu dan kabar berita tentang mereka telah terputus karena sudah terlalu lama, al-’Aribah yaitu orang-orang Arab Yaman keturunan Qahthan, al-Musta’ribahyaitu keturunan Nabi Ismail as (Adnaniyah). Karena golongan yang pertama sudah tidak ada lagi maka para ahli sejarah hanya mengkaji golongan yang kedua dan ketiga, yaitu bani Qahthan dan bani Ismail. Bani Ismail as adalah keturunan dari Nabi Ismail as anak Nabi Ibrahim as yang mula-mula berdiam di kota Ur yang merupakan kota di Babylonia. Nabi Ibrahim as meninggalkan kota Ur dan berpindah ke Palestina.
Menurut Muhammad bin Ahmad al-Syatri dalam kitabnya Adwar al-Tarikh al-Hadrami, bangsa Arab terbagi menjadi tiga golongan : al-Ba’idah yaitu bangsa Arab terdahulu dan kabar berita tentang mereka telah terputus karena sudah terlalu lama, al-’Aribah yaitu orang-orang Arab Yaman keturunan Qahthan, al-Musta’ribahyaitu keturunan Nabi Ismail as (Adnaniyah). Karena golongan yang pertama sudah tidak ada lagi maka para ahli sejarah hanya mengkaji golongan yang kedua dan ketiga, yaitu bani Qahthan dan bani Ismail. Bani Ismail as adalah keturunan dari Nabi Ismail as anak Nabi Ibrahim as yang mula-mula berdiam di kota Ur yang merupakan kota di Babylonia. Nabi Ibrahim as meninggalkan kota Ur dan berpindah ke Palestina.
Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy
Beliau adalah
seorang ulama penyusun SIMTUD DUROR, yang mana isi kitab tersebut berupa
manaqib tentang rosululloh SAW. SIMTUD DUROR selalu di baca oleh para jamaah
majlis-majlis taklim dan pada peringatan maulid nabi SAW.Beliau dilahirkan di
HADROMAUT tepatnya di qosam pada hari jumat 24 syawal 1259H.Beliau dibesarkan
di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-Imam Al-Arif
Billah Muhammad bin Husin bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya; As-Syarifah
Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal
sebagai seorang wanita yang solihah yang amat bijaksana. Bagaimanakah masa
kecil beliau dan dakwahnya kemudian?
Sejarah Walisongo
Walisongo” berarti sembilan orang wali”Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Yusuf Saigon al-Banjari
SALAH seorang anak Mufti Jamaluddin bin Muhammad Arsyad al-Banjari, ialah Muhammad Thasin al-Banjari. Beliau mengembara ke beberapa buah negeri Karena menyebarkan agama Islam terutama sekali dalam bidang ilmu tajwid. Sewaktu beliau merantau ke Brunei, beliau kawin di sana, memperoleh anak bernama Ramli. Diriwayatkan ramai keturunannya di Brunei dan Sabah. Muhammad Thasin al-Banjari meneruskan perantauannya ke Pontianak, Kalimantan Barat memperoleh tiga orang anak lelaki, yaitu Muhammad Yusuf, Muhammad Arsyad dan Abdur Rahman. Diriwayatkan, bahwa Muhammad Yusuf bin Haji M.Thasin setelah belajar ilmu-ilmu keislaman secara mendalam, beliau meneruskan usaha akhirnya menjadi saudagar intan. Muhammad Yusuf juga merantau ke seluruh tanah Kalimantan. Selanjutnya Muhammad Yusuf merantau ke Sumatera, hingga beliau meneruskan perantauannya ke luar negeri, yaitu ke Saigon dan Kemboja.
Guru Bangil Muhammad Sjarwani Abdan
Guru Bangil yang bernama lengkap H. Muhammad Sjarwani Abdan bin H. Muhammad Abdan bin H. Muhammad Yusuf bin H. Muhammad Shalih Siam bin H. Ahmad bin H. Muhammad Thahir bin H. Syamsuddin bin Sa’idah binti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dilahirkan di Kampung Melayu Ilir Martapura. Tidak diketahui secara pasti kapan tanggal kelahiran beliau, dari beberapa catatan yang ada hanya dituliskan tahun kelahiran beliau, yakni pada tahun 1915 M/1334 H. Menurut silsilahnya, Guru Bangil merupakan zuriat ke-8 dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, dari istri Al-Banjari yang kedua, yang bernama Tuan Bidur. Moyang Guru Bangil yang bernama Sa’idah adalah anak dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan Tuan Bidur. Sa’idah memiliki saudara tiga orang, yakni ‘Alimul ‘Allamah Qadhi H. Abu Su’ud, ‘Alimul ‘Allamah Qadhi H. Abu Na’im, dan ‘Alimul ‘Allamah Khalifah H. Syahabuddin.
Habib Salim bin Jindan Seorang Ulama Pejuang Kemerdekaan

Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin Umar bin ‘Abdullah bin Jindan bin Syaikhan bin Syaikh Abu Bakar bin Salim adalah ulama dan wali besar ini dilahirkan di Surabaya pada 18 Rajab 1324 (7 September 1906) dan wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969). Awal Beliau menuntut Ilmu Agama di Madrasah al-Khairiyyah, Surabaya sebelum melanjutkan pelajarannya ke Makkah, Tarim dan Timur Tengah dan Berguru dengan banyak ulama.
Habib Alwi Bin Abdurrahman Bin Smith Tokoh Dakwah Di Sulawesi Utara
Habib Alwi
Bin Abdurrahman Bin Smith Merupakan Keturunan Ke 31 Dari Rasulullah Saw. Beliau
Lahir Di Pulau Manganitoe, Sangir Talaud Pada Kira-Kira Tahun 1880-An Dari
Hasil Perkawinan Antara Habib Abdurrahman Bin Husen Bin Smith Yang Datang Dari
Hadramaut, Dengan Penduduk Setempat, Yaitu Aisyah Binti Daeng Salasa, Seorang
Bangsawan Keturunan
Raja Bugis. Habib Abdurrahman Meninggalkan Pulau Sangihe Kurang Lebih 6 Bulan
Sebelum Habib Alwi Lahir.
Di Masa Kecil Sepeninggal Ayahnya, Sebagai Anak
Tunggal Beliau Diasuh Oleh Ibunya Dengan Dibantu Oleh Saudara-Saudara Sang Ibu.
Dalam Suasana Kehidupan Ekonomi Yang Memprihatinkan Di Masa Itu, Beliau Sempat
Disekolahkan Di Desa Manganitoe Hingga Tamat Sekolah Dasar. Kepintaran Dan
Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari
"Syafi’i adalah
mazhab fiqihnya, Asy’ary i’tiqad tauhidnya, Junaidi jalan tasawufnya, Qadariyah
tariqatnya, Satariyah pakaiannya, Naqsabandiyah amalnya, Khalwatiyah makanannya
dan Samaniyah minumannya."
Dalam deretan ulama Banjar, nama
Muhammad Nafis al-Banjari tak kalah masyhur dibanding Muhammad Arsyad
al-Banjari. Kalau Muhammad Arsyad dikenal sebagai ahli syariat, maka Muhammad
Nafis dikenal sebagai pakar ilmu kalam dan tasawuf. Dengan keilmuannya, ia
berhasil menorehkan prestasi sebagai salah seorang ulama terkemuka Nusantara.
Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari
lahir sekitar tahun 1150 H (1735M) di Martapura Kabupaten banjar Kalimantan
selatan,beliau adalah keturunan sultan kerajaan banjar dan nasabnya bersambung
sampai ke Pangeran Suriansyah atau Pangeran Samudera ,sultan pertama kerajaan
banjar yang memeluk agama islam dan terus bersambung
sampai ke Raja pertama ke Rajaan Daha Kalimantan yaitu Pangeran suryanata atau
Raden putera suami dari Puteri Junjung Buih.
Pangeran Wirokusumo (Sultan Terakhir Jambi)
Tanggal lahir Sultan Terakhir Jambi yang dikenal Pangeran Wirokusumo tidak diketahui pasti, namun dari dokumen Belanda (satu-satunya dokumen yang tersisa) diasumsikan bahwa beliau telah berumur 40 tahun pada tahun 1879. Dokumen Belanda juga telah mencatat kematian beliau pada tahun 1905, meskipun tanda di depan makam beliau menunjukkan tahun 1902.
Al-Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid
Beliau Lahir Di Korbah Ba Karman, Wadi ‘Amd, Sebuah Desa Di Hadramaut, Pada Tahun 1313 H. Ayah Beliau, Al Habib Muhsin Bin Ahmad Al-Hamid Terkenal Dengan Sebutan Al-Bakry Al-Hamid, Seorang Yang Sholeh Dan Ulama Yang Sangat Dicintai Dan Dihormati Masyarakat Manapun Beliau Berada. Ibundanya Adalah Seorang Wanita Sholehah Bernama ‘Aisyah, Dari Keluarga Al-Abud Ba Umar Dari Masyaikh Al-‘Amudi. Beliau Mulai Mempelajari Al-Qur’an Dari Seorang Guru Yang Bernama Asy-Syeikh Said Ba Mudhij, Di Wadi ‘Amd, Yang Dikenal Sebagai Seorang Yang Sholeh Yang Tiada Henti-Hentinya Berdzikir Kepada Allah. Sedangkan Ilmu Fiqih Dan Tasawuf Beliau Pelajari Dari Ayah Beliau Sendiri Al-Habib Muhsin Bin Ahmad Al-Hamid.Pada Usia 26 Tahun, Bertepatan Pada Keenam Tahun 1921 M, Al-Habib Sholeh Meninggalkan Hadramaut Dan Hijrah Menuju Indonesia, Beliau Ditemani Oleh Syeikh Fadli Sholeh Salim Bin Ahmad Al-Asykari
10 Kerajaan Terbesar Dalam Sejarah
TerasDN - Suatu kerajaan memperbesar pengaruhnya dengan memperluas wilayahnya.
Keadidayaan suatu kerajaan dilihat dari luas wilayah, banyaknya penduduk,
ekonomi, berapa lama suatu kerajaan itu berdiri dan juga banyak faktor lain
yang mempengaruhi seperti pemerintahannya dan undang-undangya, ataupun juga
kebahagiaan penduduknya. Berikut adalah 10 kerajaan terbesar yang pernah ada
dalam sejarah:
Asy Syekh Abil Hasan Ali asy Syadzily
TerasDN - Asy Syekh al Imam al Quthub al Ghouts Sayyidinasy Syarif Abil Hasan Ali
asy Syadzily al Hasani bin Abdullah bin Abdul Jabbar, terlahir dari
rahim sang ibu di sebuah desa bernama Ghomaroh, tidak jauh dari kota
Saptah, negeri Maghrib al Aqsho atau Marokko, Afrika Utara bagian ujung
paling barat, pada tahun 593 H / 1197M.
Rasul shallallahu alaihi wa sallam
Di masa Rasul telah hijrah ke Madinah hidup seorang Yahudi yang keadaannya cukup memprihatinkan. Dia buta dan hidup dengan cara menjadi pengemis di sudut pasar Madinah. Setiap hari dia selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya ," Hai saudaraku, jangan kamu dekati Muhammad, dia itu orang gila, pembohong, dia tukang sihir. Jika kalian mendekatinya maka akan dipengaruhinya." Begitulah ketidaksukaannya kepada Sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Subscribe to:
Posts (Atom)