Al-Tibyan (Nawawi) VIII - Ayat Dan Surat Yang Diutamakan Membacanya Pada Waktu Tertentu


Ingatlah bahwa bagian ini luas sekali cakupannya, ia tidak mungkin dibatasi karena isinya memang banyak. Bagaimanapun, saya kemukakan sebagian besar saja atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang diringkas. Sebagian besar masalah yang saya sebutkan di dalamnya telah diketahui oleh orang-orang terkemuka ataupun mungkin orang-orang awam juga.


Justru, saya tidak menyebut dalil-dalil dalam sebagian besarnya. Antara lain karena besarnya perhatian atas mambaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan terutama dalam sepuluh terakhir dan terutama pula di malam-malam yang ganjil. Antara lain sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, hari Arafah, hari Jumaat, sesudah sembahyang Subuh dan ketika malam. Hendaklah dia selalu membaca surat Yassin, Al-Waqiah da termasuk Tabarak Al-Mulk.

Masalah ke-94:
Sunah membaca dalam sembahyang Subuh pada hari Jumaat sesudah Al-Fatihah pada rakaat pertama surat Alif Lam Mim Tanziil selengkapnya. Dan pada rakaat kedua membaca surat Al-Ihsaan selengkapnya. Janganlah melakukan apa yang dilakukan banyak imam masjid yang hanya membaca beberapa ayat dari masing-masing surat dengan memanjangkan bacaan. Tetapi membaca keduanya dengan sempurna dan membacanya secara perlahan-lahan dengan tartil.

Sunah membaca dalam sembahyang Jumaat pada rakaat pertama surat Al-Jumu’ah selengkapnya dan pada rakaat kedua surat Al-Munafiquun selengkapnya juga. Jika dia menghendaki, bisa membaca surat Al-A’laa pada rakaat pertama dan membaca Surat Al-Ghaasyiyah pada rakaat kedua.

Keduanya adalah riwayat yang sahih dari rasulullah saw Hendaklah dia tidak membatasi dengan membaca pada sebagian surat dan hendaklah melakukan apa yang kami kemukakan.

Sunah dalam sembahyang Hari Raya membaca Surat Qaaf pada rakaat pertama dan membaca surat Iqtabatis Saa’atu selengkapnya pada rakaat kedua. Jika mahu, dia bisa membaca surat Al-A’laa dan Al-Ghaasyiyah. Kedua riwayat itu sahih dari Rasulullah saw dan janganlah dia membatasi pada sebagiannya.

Masalah ke-95:
Dibaca dalam dua rakaat sembahyang sunah Fajar sesudah Al-Fatihah yang pertama Qul Yaa Ayyuhal kaafiruun dan pada rakaat kedua Qul HuwAllah swtu Ahad. Jika mau, dia bisa membaca pada rakaat pertama:

.

Terjemahan: “Katakanlah (wahai orang-orang mukmin), ‘Kami beriman kepada Allah swt dan apa yang diberitakan kepada kami…”
(QS Al-Baqarah 2:136)

Dan pada rakaat kedua:

.

Terjemahan: “Katakanlah, ‘Whai ahli kitab, marilah kepad suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,…”
(QS Ali-Imran 3:64)

Keduanya sahih dari perbuatan Rasulullah saw Dalam sembahyang sunah Maghrib rakaat pertama, membaca Qul yaa ayyuhal kaafiruun dan rakaat kedua Qul huwAllah swtu Ahad. Dan keduanya juga dibaca dalam dua rakaat Thawaf dan dua rakaat Istikharah.

Dan dalam sembahyang witir tiga rakaat, rakaat pertama membaca Sabbihisma rabbikal a’laa dan rakaat kedua Qul Yaa Ayyuhal kaafiruun serta rakaat ketiga Qul Huwallahtu Ahad dan Al-Mu’awwidzatain.

Masalah ke-96:
Sunah membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumaat berdasarkan hadits Abu Said Al-Khudri ra dan lainnya. Imam Asy-Syafi’i berkata dalam kitab Al-Umm, disunahkan juga membacanya pada malam Jumaat.

Dalil ini ialah riwayat Abu Muhammad Ad-Daarimi dengan isnadnya dari Abu Said Al-Khudri ra, dia berkata: “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada malam Jumaat. Dia diterangi cahaya antara rumahnya dan Al-Baitul Atiiq (Kaabah).”

Ad-Daarimi menyebut suatu hadits yang menganjurkan membac Surat Huud pada hari Jumaat. Diriwayatkan dari Makhul seorang tabi’in yang mulia, bahwa sunah membaca Surat Ali-Imran pada hari Jumaat.

Masalah ke-97:
Disunahkan memperbanyak membaca Ayat Kursi disemua tempat dan membacanya setiap malam ketika hendak tidur dan membaca Al-Mu’awwidzatain setiap ba’dal sembahyang.

Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir ra, katanya:

.

Terjemahan: “Rasulullah saw menyuruhku membaca Al-Mu’awwidzatain setiap selesai sembahyang.”

(Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i Tirmidzi berkata: hadits hasan sahih.

Masalah ke-98:
Disunahkan ketika akan tidur membaca ayat Kursi, Qul huwAllah swtu Ahad, Al-Mu’awwidzatain dan akhir surat Al-Baqarah. Ini amalan yang perlu diperhatikan. Diriwayatkan berkenaan dengannya menerusi hadits-hadits sahih dari Abu Mas’ud Al-Badri ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah dalam suatu alam maka kedua yat itu mencakupinya (melindungi)nya.”

Sejumlah pakar mengatakan, maksudnya mencukupinya dari sembahyang malam. Para ulam lainnya berkata: yaitu melindunginya dari gangguan pada malam tersebut.

Diriwayatkan dari Aisyah ra:

Terjemahan: “Bahwa Nabi saw setiap malam membaca Qul huwallahtu Ahad dan Al-Mu’awwidzatain.”

Kami telah mengemukakannya dalam bab meniup dengan membaca Al-Qur’an. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Dawud dengan isnadnya dari Ali ka, katanya: “Saya belum pernah melihat seorang berakal yang masuk Islam tidur seblum membaca ayat Kursi.” Dan diriwayatkan dari Ali ra, katanya: “Saya belum pernah melihat orang yang berakal tidur sebelum membaca tiga ayat terakhir dari surat Al-Baqarah.” Isnadnya sahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim.

Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir ra, katanya: Rasulullah saw berkata kepadaku:

Terjemahan: “Janganlah engkau biarkan malam berlalu, kecuali engkau membaca di dalamnya Qul huwallaahu Ahad dan Al-Mu’awwidzatain. Maka tidaklah tiba suatu malam kepadaku kitaecuali aku membacanya.”

Diriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha’I, katanya: “Mereka menganjurkan agar membaca surat-surat ini setiap malam tiga kali, yaitu Qul Huwallaahu Ahad dan Al-Mu’awwidzatain.” Isnadnya sahih berdasarkan syarat Muslim.

Diriwayatkan dari Ibrahim pula, mereka mengajari orang-orang apabila hendak tidur membaca Al-Mu’awwidzatain.

Diriwayatkan dari Aisyah ra:

“Nabi saw tidak tidur hingga membaca surat Az-Zumar dan Bani Israil.”
(Riwayat Tirmdizi dan dia berkata: Hadits Hasan)

Masalah ke-99:
Jika bangun setiap malam sunah membaca akhir Surat Ali-Imran dari firman Allah swt: Inna fii khalqis samaawaati wal ardhi sehingga akhir ayat.

Mengikuti riwayat yang terdapat di dalam Shahihain:

Terjemahan: “Sesungguhnya Rasulullah saw membaca akhir Surat Ali Imran apabila bangun dari tidur.”

Masalah ke-100:
Tentang apa yang dibacakan untuk orang sakit. Sunah membaca Al-Fatihah di samping orang sakit berdasarkan sabda Nabi saw dalam hadits sahih berkenaan dengan perkara tersebut: “Dari mana engkau tahu bahwa Al-Fatihah adalah ruqtah (sejenis obat dan mantera)?”

Sunah membaca Qul Huwallaahu Ahad, Qul A’uudzu bi rabbil falaq dan Qul A’uudzu bi rabbin Naas uantuk orang sakit dengan meniup pada kedua telapak tangan.

Hal tersebut diriwayatkan dalam Shahihain dari perbuatan Rasulullah saw yang telah dijelaskan dalam bab meniup di akhir bagian yang sebelum ini.

Diriwayatkan dari Thalhah bin Mutharif, katanya: “Jika Al-Qur’an dibaca di dekat orang sakit, dia merasa lebih ringan. “Pada suatu hari aku memasuki khemah seseorang yang sedang sakit”. Aku berkata: “Aku melihatmu hari ini dalam keadaan baik.” Dia berkata: “Telah dibacakan Al-Qur’an di dekatku.”

Diriwayatkan oleh Al-Khatib Abu Bakar Al-Baghdadi rahimahullah dengan isnadnya, bahwa Ar-Ramadi ra ketika menderita sakit, katanya: bacakan hadits kepadaku. Ini baru hadits, apalagi Al-Qur’an.

Masalah ke-101:
Tentang apa yang dibacakan di dekat mayat. Para ulama sahabat kami dan yang berkata, sunah membaca surat yasiin di dekatnya berdasarkan hadits Ma’qil bin Yasar ra bahwa Nabi saw bersabda:

“Bacakanlah surat Yasiin untuk mayatmu.”

(Riwayat Abu dawud dan Nasa’I, dalam Amalul Yaum wal Lailah dan Ibnu Majah dengan isnad dha’if)

Diriwayatkan oleh Mujalid dari Asy-Sya’bi, katanya:

“Kaum Anshor apabila hadir di dekat mayat, mereka membaca surat Al-Baqarah.”

Dan orang bernama Mujalid ini adalah sha’if. Wallahua’lam.

No comments:

Post a Comment

Tentang Saya