Ingatlah
bahwa bagian ini luas sekali cakupannya, ia tidak mungkin dibatasi karena
isinya memang banyak. Bagaimanapun, saya kemukakan sebagian besar saja atau
menggunakan ungkapan-ungkapan yang diringkas. Sebagian besar masalah yang saya sebutkan
di dalamnya telah diketahui oleh orang-orang terkemuka ataupun mungkin
orang-orang awam juga.
Justru,
saya tidak menyebut dalil-dalil dalam sebagian besarnya. Antara lain karena
besarnya perhatian atas mambaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan terutama dalam
sepuluh terakhir dan terutama pula di malam-malam yang ganjil. Antara lain
sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, hari Arafah, hari Jumaat, sesudah
sembahyang Subuh dan ketika malam. Hendaklah dia selalu membaca surat Yassin,
Al-Waqiah da termasuk Tabarak Al-Mulk.
Masalah ke-94:
Sunah
membaca dalam sembahyang Subuh pada hari Jumaat sesudah Al-Fatihah pada rakaat
pertama surat Alif Lam Mim Tanziil selengkapnya. Dan pada rakaat kedua membaca
surat Al-Ihsaan selengkapnya. Janganlah melakukan apa yang dilakukan banyak
imam masjid yang hanya membaca beberapa ayat dari masing-masing surat dengan
memanjangkan bacaan. Tetapi membaca keduanya dengan sempurna dan membacanya
secara perlahan-lahan dengan tartil.
Sunah
membaca dalam sembahyang Jumaat pada rakaat pertama surat Al-Jumu’ah
selengkapnya dan pada rakaat kedua surat Al-Munafiquun selengkapnya juga. Jika
dia menghendaki, bisa membaca surat Al-A’laa pada rakaat pertama dan membaca
Surat Al-Ghaasyiyah pada rakaat kedua.
Keduanya
adalah riwayat yang sahih dari rasulullah saw Hendaklah dia tidak membatasi
dengan membaca pada sebagian surat dan hendaklah melakukan apa yang kami
kemukakan.
Sunah
dalam sembahyang Hari Raya membaca Surat Qaaf pada rakaat pertama dan membaca
surat Iqtabatis Saa’atu selengkapnya pada rakaat kedua. Jika mahu, dia bisa
membaca surat Al-A’laa dan Al-Ghaasyiyah. Kedua riwayat itu sahih dari
Rasulullah saw dan janganlah dia membatasi pada sebagiannya.
Masalah ke-95:
Dibaca
dalam dua rakaat sembahyang sunah Fajar sesudah Al-Fatihah yang pertama Qul Yaa
Ayyuhal kaafiruun dan pada rakaat kedua Qul HuwAllah swtu Ahad. Jika mau, dia bisa
membaca pada rakaat pertama:
.
Terjemahan:
“Katakanlah (wahai orang-orang mukmin), ‘Kami beriman kepada Allah swt dan apa
yang diberitakan kepada kami…”
(QS Al-Baqarah 2:136)
Dan
pada rakaat kedua:
.
Terjemahan:
“Katakanlah, ‘Whai ahli kitab, marilah kepad suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,…”
(QS
Ali-Imran 3:64)
Keduanya
sahih dari perbuatan Rasulullah saw Dalam sembahyang sunah Maghrib rakaat
pertama, membaca Qul yaa ayyuhal kaafiruun dan rakaat kedua Qul huwAllah swtu
Ahad. Dan keduanya juga dibaca dalam dua rakaat Thawaf dan dua rakaat Istikharah.
Dan
dalam sembahyang witir tiga rakaat, rakaat pertama membaca Sabbihisma rabbikal
a’laa dan rakaat kedua Qul Yaa Ayyuhal kaafiruun serta rakaat ketiga Qul Huwallahtu
Ahad dan Al-Mu’awwidzatain.
Masalah ke-96:
Sunah
membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumaat berdasarkan hadits Abu Said Al-Khudri
ra dan lainnya. Imam Asy-Syafi’i berkata dalam kitab Al-Umm, disunahkan juga
membacanya pada malam Jumaat.
Dalil
ini ialah riwayat Abu Muhammad Ad-Daarimi dengan isnadnya dari Abu Said
Al-Khudri ra, dia berkata: “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada malam
Jumaat. Dia diterangi cahaya antara rumahnya dan Al-Baitul Atiiq (Kaabah).”
Ad-Daarimi
menyebut suatu hadits yang menganjurkan membac Surat Huud pada hari Jumaat.
Diriwayatkan dari Makhul seorang tabi’in yang mulia, bahwa sunah membaca Surat
Ali-Imran pada hari Jumaat.
Masalah ke-97:
Disunahkan
memperbanyak membaca Ayat Kursi disemua tempat dan membacanya setiap malam
ketika hendak tidur dan membaca Al-Mu’awwidzatain setiap ba’dal sembahyang.
Diriwayatkan
dari Uqbah bin Amir ra, katanya:
.
Terjemahan:
“Rasulullah saw menyuruhku membaca Al-Mu’awwidzatain setiap selesai
sembahyang.”
(Riwayat Abu Dawud,
Tirmidzi dan Nasa’i Tirmidzi berkata: hadits hasan sahih.
Masalah ke-98:
Disunahkan
ketika akan tidur membaca ayat Kursi, Qul huwAllah swtu Ahad, Al-Mu’awwidzatain
dan akhir surat Al-Baqarah. Ini amalan yang perlu diperhatikan. Diriwayatkan
berkenaan dengannya menerusi hadits-hadits sahih dari Abu Mas’ud Al-Badri ra
bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa
membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah dalam suatu alam maka kedua yat
itu mencakupinya (melindungi)nya.”
Sejumlah
pakar mengatakan, maksudnya mencukupinya dari sembahyang malam. Para ulam lainnya
berkata: yaitu melindunginya dari gangguan pada malam tersebut.
Diriwayatkan
dari Aisyah ra:
Terjemahan:
“Bahwa Nabi saw setiap malam membaca Qul huwallahtu Ahad dan
Al-Mu’awwidzatain.”
Kami
telah mengemukakannya dalam bab meniup dengan membaca Al-Qur’an. Diriwayatkan
dari Ibnu Abi Dawud dengan isnadnya dari Ali ka, katanya: “Saya belum pernah
melihat seorang berakal yang masuk Islam tidur seblum membaca ayat Kursi.” Dan
diriwayatkan dari Ali ra, katanya: “Saya belum pernah melihat orang yang
berakal tidur sebelum membaca tiga ayat terakhir dari surat Al-Baqarah.”
Isnadnya sahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim.
Diriwayatkan
dari Uqbah bin Amir ra, katanya: Rasulullah saw berkata kepadaku:
Terjemahan:
“Janganlah engkau biarkan malam berlalu, kecuali engkau membaca di dalamnya Qul
huwallaahu Ahad dan Al-Mu’awwidzatain. Maka tidaklah tiba suatu malam kepadaku
kitaecuali aku membacanya.”
Diriwayatkan
dari Ibrahim An-Nakha’I, katanya: “Mereka menganjurkan agar membaca surat-surat
ini setiap malam tiga kali, yaitu Qul Huwallaahu Ahad dan Al-Mu’awwidzatain.”
Isnadnya sahih berdasarkan syarat Muslim.
Diriwayatkan
dari Ibrahim pula, mereka mengajari orang-orang apabila hendak tidur membaca
Al-Mu’awwidzatain.
Diriwayatkan
dari Aisyah ra:
“Nabi
saw tidak tidur hingga membaca surat Az-Zumar dan Bani Israil.”
(Riwayat Tirmdizi
dan dia berkata: Hadits Hasan)
Masalah ke-99:
Jika
bangun setiap malam sunah membaca akhir Surat Ali-Imran dari firman Allah swt:
Inna fii khalqis samaawaati wal ardhi sehingga akhir ayat.
Mengikuti
riwayat yang terdapat di dalam Shahihain:
Terjemahan:
“Sesungguhnya Rasulullah saw membaca akhir Surat Ali Imran apabila bangun dari
tidur.”
Masalah ke-100:
Tentang
apa yang dibacakan untuk orang sakit. Sunah membaca Al-Fatihah di samping orang
sakit berdasarkan sabda Nabi saw dalam hadits sahih berkenaan dengan perkara
tersebut: “Dari mana engkau tahu bahwa Al-Fatihah adalah ruqtah (sejenis obat
dan mantera)?”
Sunah
membaca Qul Huwallaahu Ahad, Qul A’uudzu bi rabbil falaq dan Qul A’uudzu bi
rabbin Naas uantuk orang sakit dengan meniup pada kedua telapak tangan.
Hal
tersebut diriwayatkan dalam Shahihain dari perbuatan Rasulullah saw yang telah
dijelaskan dalam bab meniup di akhir bagian yang sebelum ini.
Diriwayatkan
dari Thalhah bin Mutharif, katanya: “Jika Al-Qur’an dibaca di dekat orang
sakit, dia merasa lebih ringan. “Pada suatu hari aku memasuki khemah seseorang
yang sedang sakit”. Aku berkata: “Aku melihatmu hari ini dalam keadaan baik.”
Dia berkata: “Telah dibacakan Al-Qur’an di dekatku.”
Diriwayatkan
oleh Al-Khatib Abu Bakar Al-Baghdadi rahimahullah dengan isnadnya, bahwa
Ar-Ramadi ra ketika menderita sakit, katanya: bacakan hadits kepadaku. Ini baru
hadits, apalagi Al-Qur’an.
Masalah ke-101:
Tentang
apa yang dibacakan di dekat mayat. Para ulama sahabat kami dan yang berkata, sunah
membaca surat yasiin di dekatnya berdasarkan hadits Ma’qil bin Yasar ra bahwa
Nabi saw bersabda:
“Bacakanlah
surat Yasiin untuk mayatmu.”
(Riwayat Abu dawud
dan Nasa’I, dalam Amalul Yaum wal Lailah dan Ibnu Majah dengan isnad dha’if)
Diriwayatkan
oleh Mujalid dari Asy-Sya’bi, katanya:
“Kaum
Anshor apabila hadir di dekat mayat, mereka membaca surat Al-Baqarah.”
Dan
orang bernama Mujalid ini adalah sha’if. Wallahua’lam.
No comments:
Post a Comment