Ibnu al-Qayyim
rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Bada’i al-Fawa’id [3/743], “Tatkala mata
telah mengalami kekeringan disebabkan tidak pernah menangis karena takut kepada
Allah ta’ala,
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya keringnya mata itu adalah bersumber dari
kerasnya hati. Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.”Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar terlindung dari hati
yang tidak khusyu’, sebagaimana terdapat dalam hadits, “Ya Allah, aku
berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak
khusyu’, dari hawa nafsu yang tidak pernah merasa kenyang, dan dari doa yang
tidak dikabulkan.” (HR. Muslim [2722]).
Diriwayatkan dari
Uqbah bin Amir radhiyallahu’anhu, dia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah
keselamatan itu? Apakah keselamatan itu?”. Maka Nabi menjawab, “Tahanlah
lisanmu, hendaknya rumah terasa luas untukmu, dan tangisilah kesalahan-kesalahanmu.”
(HR. Tirmidzi [2406], dia mengatakan; hadits hasan. Hadits ini disahihkan
al-Albani dalam Shahih at-Targhib [2741]).
Abu Sulaiman
ad-Darani rahimahullah mengatakan [al-Bidayah wa an-Nihayah, 10/256], “Segala
sesuatu memiliki ciri, sedangkan ciri orang yang dibiarkan binasa adalah tidak
bisa menangis karena takut kepada Allah.”
Di antara sebab
kerasnya hati adalah :
* Berlebihan dalam
berbicara
* Melakukan kemaksiatan atau tidak menunaikan kewajiban
* Terlalu banyak tertawa
* Terlalu banyak makan
* Banyak berbuat dosa
* Berteman dengan orang-orang yang jelek agamanya
* Melakukan kemaksiatan atau tidak menunaikan kewajiban
* Terlalu banyak tertawa
* Terlalu banyak makan
* Banyak berbuat dosa
* Berteman dengan orang-orang yang jelek agamanya
Agar hati yang
keras menjadi lembut
Disebutkan oleh Ibnu al-Qayyim di dalam al-Wabil as-Shayyib [hal.99] bahwa suatu ketika ada seorang lelaki yang berkata kepada Hasan al-Bashri, “Wahai Abu Sa’id! Aku mengadu kepadamu tentang kerasnya hatiku.” Maka Beliau menjawab, “Lembutkanlah hatimu dengan berdzikir.”
Disebutkan oleh Ibnu al-Qayyim di dalam al-Wabil as-Shayyib [hal.99] bahwa suatu ketika ada seorang lelaki yang berkata kepada Hasan al-Bashri, “Wahai Abu Sa’id! Aku mengadu kepadamu tentang kerasnya hatiku.” Maka Beliau menjawab, “Lembutkanlah hatimu dengan berdzikir.”
Sebab-sebab agar
hati menjadi lembut dan mudah menangis karena Allah antara lain :
* Mengenal Allah
melalui nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya
* Membaca al-Qur’an dan merenungi kandungan maknanya
* Banyak berdzikir kepada Allah
* Memperbanyak ketaatan
* Mengingat kematian, menyaksikan orang yang sedang di ambang kematian atau melihat jenazah orang
* Mengkonsumsi makanan yang halal
* Menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat
* Sering mendengarkan nasehat
* Mengingat kengerian hari kiamat, sedikitnya bekal kita dan merasa takut kepada Allah
* Meneteskan air mata ketika berziarah kubur
* Mengambil pelajaran dari kejadian di dunia seperti melihat api lalu teringat akan neraka
* Berdoa
* Memaksa diri agar bisa menangis di kala sendiri
* Membaca al-Qur’an dan merenungi kandungan maknanya
* Banyak berdzikir kepada Allah
* Memperbanyak ketaatan
* Mengingat kematian, menyaksikan orang yang sedang di ambang kematian atau melihat jenazah orang
* Mengkonsumsi makanan yang halal
* Menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat
* Sering mendengarkan nasehat
* Mengingat kengerian hari kiamat, sedikitnya bekal kita dan merasa takut kepada Allah
* Meneteskan air mata ketika berziarah kubur
* Mengambil pelajaran dari kejadian di dunia seperti melihat api lalu teringat akan neraka
* Berdoa
* Memaksa diri agar bisa menangis di kala sendiri
[diringkas dari
al-Buka' min Khas-yatillah, hal. 18-33 karya Ihsan bin Muhammad al-'Utaibi]
Tidak mengamalkan
ilmu, sebab hati menjadi keras
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Disebabkan tindakan (ahli kitab) membatalkan ikatan perjanjian mereka, maka Kami pun melaknat mereka, dan Kami jadikan keras hati mereka. Mereka menyelewengkan kata-kata (ayat-ayat) dari tempat (makna) yang semestinya, dan mereka juga telah melupakan sebagian besar peringatan yang diberikan kepadanya.” (QS. Al-Maa’idah : 13).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Disebabkan tindakan (ahli kitab) membatalkan ikatan perjanjian mereka, maka Kami pun melaknat mereka, dan Kami jadikan keras hati mereka. Mereka menyelewengkan kata-kata (ayat-ayat) dari tempat (makna) yang semestinya, dan mereka juga telah melupakan sebagian besar peringatan yang diberikan kepadanya.” (QS. Al-Maa’idah : 13).
Syaikh As-Sa’di
rahimahullah menjelaskan bahwa kerasnya hati ini termasuk hukuman paling parah
yang menimpa manusia (akibat dosanya). Ayat-ayat dan peringatan tidak lagi
bermanfaat baginya. Dia tidak merasa takut melakukan kejelekan, dan tidak
terpacu melakukan kebaikan, sehingga petunjuk (ilmu) yang sampai kepadanya
bukannya menambah baik justru semakin menambah buruk keadaannya (lihat Taisir
Al-Karim Ar-Rahman, hal. 225).
Kajian
Tasawuf Penyebab Kerasnya Hati, Kajian Tasawuf, Kajian Tasawuf tentang
Hati, sebuah Kajian Tasawuf kerasnya Hati, Kajian Tasawuf masa kini,
Kajian Tasawuf hati, obat kerasnya hati Kajian Tasawuf, Kajian Tasawuf
untuk melunakkan hati,Kajian Tasawuf penyakit hati
No comments:
Post a Comment