Ibnu al-Qayyim
rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Bada’i al-Fawa’id [3/743], “Tatkala mata
telah mengalami kekeringan disebabkan tidak pernah menangis karena takut kepada
Allah ta’ala,
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya keringnya mata itu adalah bersumber dari
kerasnya hati. Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.”Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar terlindung dari hati
yang tidak khusyu’, sebagaimana terdapat dalam hadits, “Ya Allah, aku
berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak
khusyu’, dari hawa nafsu yang tidak pernah merasa kenyang, dan dari doa yang
tidak dikabulkan.” (HR. Muslim [2722]).
Antara Cinta Rasul & Perayaan Maulid
Sebenarnya adakah kaitan antara
cinta Rasul dan perayaan maulid, alias hari kelahiran beliau? Pertanyaan ini
mungkin terdengar aneh bagi mereka yang kerap merayakannya. Bagaimana tidak,
sedang disana dibacakan sejarah hidup beliau, diiringi dengan syair-syair pujian
dalam bahasa Arab untuk beliau (yang dikenal dengan nama burdah), yang
kesemuanya tak lain demi mengenang jasa beliau dan memupuk cinta kita
kepadanya…?
Penjelasan Sayyid Muhammad ibn Alwi al-Maliki Tentang Maulid
Berikut
kami temukan kitab terjemah dari karangan al-‘Allamah asy-Syaikh as-Sayyid
Muhammad bin ‘Alwi bin Abbas bin Abdul Aziz al-Maliki al-Hasani berjudul
“Holal Ihtefaal Bezikra-al Moulidin Nabawee al-Shareef”
Sekitar
Peringatan Maulid Nabi Yang Mulia صلى الله عليه وسلم
Mengapa
Kita Memperingati Maulid Nabi صلى الله عليه وسلم?
Bolehnya Mengahayunkan Badan Sambil Berdzikir (seperti menari)
Bolehnya Mengahayunkan
Badan Sambil Berdzikir (Nampak Macam menari)
Ada sebagian sufi yang meng ayunkan
badan sambil berdzikir (sehingga nampak seperti menari), yang dikenal juga
sebagai “the darvishes’ whirling” merupakan salah satu jalan di antara banyak
jalan untuk menumbuhkan rasa kasih. Gerakan (menghayunkan badan) ini
dipopulerkan oleh Jalaluddin Rumi (1207-1273) ratusan
tahun yang lalu.
Amalan-Amalan Nishfu Sya’ban & Bulan Rajab
Bulan Sya’ban/malam nishfu Sya’ban
Bulan Sya’ban adalah termasuk bulan suci atau mulia dan
cukup dikenal di kalangan kaum muslimin karena banyak riwayat hadits yang
mengemukakan kemuliaan bulan tersebut.
Nama Sya’ban adalah salah satu nama bulan dari 12 bulan
Arab lainnya yaitu satu bulan sebelum bulan Ramadhan. Sedangkan yang dimaksud nishfu (pertengahan) Sya’ban yaitu
tanggal 15 bulan Sya’ban, sedangkan malam nishfu Sya’ban yaitu mulai waktu
Maghrib pada tanggal 14 Sya’ban. Banyak hadits Hasan yang dipandang mu’tamad
oleh para ulama pakar mengenai keutamaan bulan Sya’ban dan malam nishfu
Sya’ban, diantaranya, Hadits dari
‘Aisyah:
مَا رَأيْتُ
رَسُوْل الله .صَ. : إسْتَكْمَلَ
صِيَامَ شَهْرٍِ قَطُّ, إلاَّ شَهْرَ رَمَضَانَ , وَمَا رَأيْتَهُ فِىْ شَهْرٍ
كْثَـَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
“Tidak terlihat olehku Rasulallah saw. berpuasa satu
bulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan, dan tidak satu bulan yang
hari-harinya lebih banyak dipuasakan Nabi daripada bulan Sya’ban”. (Bukhari dan Muslim)
Al-Tibyan (Nawawi) IX - Riwayat Penulisan Mushaf Al-Qur’an
Sebenarnya
Kitab Al-Qur’an sudah mulai ditulis pada masa nabi saw sebagaimana yang
tercatat dalam Mushaf-mushaf yang kita dapati dewasa ini. Bagaimanapun pada
masa itu ia belum dihimpun dalam bentuk sebuah Mushaf, kecuali dihafaz dalam
hati sejumlah manusia saja. Sejumlah sahabat ada yang hafaz seleruhnya dan ada
pula yang hanya hafaz sebagiannya.
Al-Tibyan (Nawawi) VIII - Ayat Dan Surat Yang Diutamakan Membacanya Pada Waktu Tertentu
Ingatlah
bahwa bagian ini luas sekali cakupannya, ia tidak mungkin dibatasi karena
isinya memang banyak. Bagaimanapun, saya kemukakan sebagian besar saja atau
menggunakan ungkapan-ungkapan yang diringkas. Sebagian besar masalah yang saya sebutkan
di dalamnya telah diketahui oleh orang-orang terkemuka ataupun mungkin
orang-orang awam juga.
Al-Tibyan (Nawawi) VII - Adab Berinteraksi Dengan Al-Qur’an
Diriwayatkan
dalam Shahih Muslim dari Tamim Ad-Daariy ra, katanya: Nabi saw bersabda:
Terjemahan:
“Agama itu nasihat. Kami berkata, ‘Untuk siapa? Nabi saw menjawab, ‘Untuk Allah,
Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang awam mereka.”
Al-Tibyan (Nawawi) VI - Adab Dan Etika Membaca Al-Qur’an
Sebab orang yang membaca Al-Qur’an
sudah sepatutnya menunjukkan keikhlasan - sebagaimana yang telah saya kemukakan
- dan menjaga adab terhadap Al-Qur’an.
Maka patutlah dia menghadirkan hatinya karena dia sedang bermunajat kepada Allah
swt dan membaca Al-Qur’an seperti keadaan orang yang melihat Allah swt, jika
dia tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah swt melihatnya.
Al-Tibyan (Nawawi) V - Panduan Menghafaz Al-Qur’an
Diantara
adab-adab menghafaz Al-Qur’an ialah: Dia mesti berada dalam keadaan paling
sempurna dan perilaku paling mulia, hendaklah dia menjauhkan dirinya dari segala
sesuatu yang dilarang Al-Qur’an, hendaklah dia terpelihara dari pekerjaan yang
rendah, berjiwa mulia, lebih tinggi derajatnya dari para penguasa yang sombong
dan pencinta dunia yang jahat, merendahkan diri kepada orang-orang sholeh dan
ahli kebaikan, serta kaum miskin, hendaklah dia seorang yang khusyuk memiliki
ketenangan dan wibawa.
Al-Tibyan (Nawawi) IV - Panduan Mengajar Dan Belajar Al-Qur’an
Bagian
ini serta dua bagian yang merupakan tujuan penulisan kitab ini. Bagian ini
mengandung pembahasan yang panjang dan luas sekali. Saya telah berusaha menyajikan
tujuan-tujuannya secara ringkas dalam beberapa fasal supaya mudah diingat dan
seterusnya diamalkan, insya Allah.
Al-Tibyan (Nawawi) III - Kelebihan Orang Yang Membaca Al-Qur’an
Ibnu Mas’ud Al-Anshari
Al-Badri ra meriwayatkan dari Nabi saw, sabdanya:
(Teks
Bahasa Arab)
Terjemahan: “Orang yang
paling berhak menjadi imam dari suatu kaum adalah orang yang terpandai membaca
Kitab Allah diantara mereka. Jika mereka sama taraf dari segi bacaan. maka yang
lebih mengetahuai tentang sunnah.”
(Riwayat
Muslim)
Al-Tibyan (Nawawi) II - Keutamaan Membaca Dan Mengkaji Al-Qur’an
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
(Teks Bahasa Arab)
Terjemahan: “Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt dan mendirikan sembahyang dan menafkahkan
sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengaan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah swt
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari
anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Fathiir
35:29-30)
Al-Tibyan (Nawawi) I - Alquran Adalah Kitab Samawi Terakhir
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maga Penyayan.
Asy-Syeikh
Al-Faqih Imam yang alim, warak, zahid, teliti dan cermat ini, Abu Zakariya
Yahya Muhyiddin bin Syaraf bin Hizam An-Nawawi rahimaullah, berkata:
Segala puji bagi Allah
Yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi Anugerah, Dialah yang memiliki kekayaan,
keagungan dan kebaikan yang memberi kita prtunjuk agar selalu beriman. Dia
melebihkan agama Islam dibanding agama-agama lainnya dan memberi kita anugerah yang
amat besar karena kepada kita diutuslah makhluk-Nya yang paling mulia dan
paling utama disisi-Nya, kekasih dan Khalil-Nya, hamba dan rasul-Nya - Muhammad
saw.
Subscribe to:
Posts (Atom)