TerasDN -
Kematian Mirza Ghulam Ahmad
Sejarah penyebaran di Indonesia
Ahmadiyah Qadian
Ahmadiyah Lahore
Status di Berbagai Negara
Pakistan
Indonesia
Malaysia
Brunei Darussalam
Kontroversi ajaran Ahmadiyah
Ahmadiyah menurut pengikutnya
Bai'at dalam Jemaat Ahmadiyah
Sepuluh syarat Bai'at
Para Pemimpin Ahmadiyah sepeninggal Hazrat Mirza Ghulam Ahmad
Amir Gerakan Ahmadiyah (AAIIL)
Mirza Ghulam Ahmad (ميرزا غلام احمد) (lahir di Qadian, Punjab, India, 13 Februari 1835 – meninggal26 Mei 1908 pada umur 73 tahun), seorang
tokoh rohaniawan dari Qadian, India,
dia adalah pendiri gerakan keagamaan Ahmadiyah.
Dia mengaku sebagai “kedatangan Yesus/Isa yang kedua kalinya”, Mesias yang
dijanjikan, Imam Mahdi, begitu juga sebagai Mujaddid diabad ke 14 Islam.
bagaimanapun, pengakuannya tidak begitu saja diterima oleh sebagian umat Muslim
dan sebagian besar melihatnya sebagai nabi palsu.
Biografi
Masa awal
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, al-Masih al-Mau’ud
alaihis salam, demikian namanya disebutkan. Nama yang asli hanyalah Ghulam
Ahmad. Sedangkan "Hazrat" adalah kata penghormatan kepada dia oleh
para pengikutnya. Kata "Mirza" melambangkan keturunan bangsawan dari
Moghul. Adalah merupakan kebiasaan, dia suka menggunakan nama Ahmad agar lebih
ringkas.
Hazrat Ahmad adalah keturunan Haji Barlas, raja
kawasan Qesh, yang merupakan paman Amir Tughlak Temur. Tatkala Amir Temur
menyerang Qesh, Haji Barlas sekeluarga terpaksa melarikan diri ke Khorasan dan
Samarkand, dan mulai menetap disana. Tetapi pada abad ke 10 Hijriah atau abad
ke 16 Masehi, seorang keturunan Haji Barlas bernama Mirza Hadi Beg beserta 200
orang pengikutnya hijrah dari Khorasan ke India karena beberapa hal, dan
tinggal di kawasan sungai Bias dengan mendirikan sebuah perkampungan bernama
Islampur, 9 km jauhnya dari sungai tersebut.
Ia lahir di Punjab, India pada 13 Februari 1835 atau 14 Syawal 1250 H, pada waktu salat subuh
hari Jumat, di rumah Mirza Ghulam Murtaza di desa Qadian. Ia lahir dalam sebuah
keluarga yang berkecukupan sebagai bayi kembar, namun kembarannya meninggal
saat lahir.
Dia dikabarkan selalu menghabiskan waktunya di
mesjid dengan mempelajari Al Qur'an dan pelajaran agamanya, Islam. Hal itu
tidak sesuai dengan kemauan ayahnya yang ingin agar dia menjadi seorang
pengacara atau seorang pegawai negeri. Dalam mempelajari hal-hal keagamaan, dia
selalu berinteraksi dengan banyak orang Islam, orang non Islam, dan dengan
misionaris Kristen yang selalu diajaknya berdiskusi.
Awal Pengakuannya
Ketika Ahmad berumur 40 tahun, ayahnya wafat.
Waktu itu Ahmad mengaku bahwa Tuhan telah berkomunikasi dengannya melalui
wahyu. Sejak saat itu Ahmad banyak menulis untuk melawan apa yang menurutnya sebagai
tulisan-tulisan anti Islam dari berbagai kelompok misionaris Kristen. Dia
juga fokus dalam melawan berbagai dampak yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
seperti Brahma Samaj.Selama periode ini dia sangat diterima oleh berbagai
golongan Islam yang ada saat itu.
Kematian Mirza Ghulam Ahmad
Tidak sedikit para ulama yang menentang dan
berusaha menasehati Mirza Ghulam Ahmad (MGA) agar ia bertaubat dan menghentikan
dakwah yang dibawanya itu. Namun, usaha itu tidak juga membuat pemimpin
Ahmadiyah ini surut dalam menyebarkan dakwahnya.
Salah satu keberatan yang dialamatkan kepada
Pendiri Jemaat Ahmadiyah adalah Mirza Ghulam Ahmad telah mengajukan sebuah doa
untuk menantang (Mubāhalah)
Maulvi Sanaullah yakni jika diantara mereka berdua salah satunya adalah orang
yang sesat dan palsu. Saat itu Mirza Ghulam Ahmad berumur 62 tahun dan Maulvi
Sanaullah yang berasal dari Amritsar adalah
seorang muda berusia 29 tahun. Daftar nama para ulama yang diajak ber-mubahalah oleh
MGA telah di lampirkan dalam buku Anjam-e-Aatham (1897).
Maulvi Sanaullah diam beberapa tahun lamanya
tidak menanggapi tantangan tersebut. Setelah sekitar lima tahun lamanya, para
pendukungnya mulai menekan dia untuk menanggapi mubāhalah itu.
Menanggapi hal itu Mirza Ghulam Ahmad kemudian menulis dalam buku Ijaz
Ahmadi yang di terbitkan pada tahun 1902 sebagai berikut:
"Saya telah melihat pemberitahuan Maulvi Sanaullah dari
Amritsar yang mana ia menyatakan memiliki keinginan yang tulus suatu keputusan,
bahwa ia dan saya seyogyanya berdoa sehingga salah seorang di antara kita yang
berdusta akan menemui ajal semasa hidup orang yang benar"
Tahun 1902 dan
buku Ijaz Ahmadi diterbitkan pada bulan November di tahun yang
sama. Menanggapi hal itu Maulvi Sanaullah menerbitkan sebuah buku
berjudul Ilhamat Mirza (Wahyu-wahyu Mirza), ia menulis:
"Saya tidak pernah mendakwakan diri seperti Anda bahwa saya
seorang Nabi, atau seorang Rasul, atau seorang anak Tuhan, atau seorang
penerima wahyu. Saya tidak dapat, oleh karena itu, tidak berani untuk ikut
dalam pertandingan semacam itu. Perkataan Anda bahwa jika saya mati sebelum
Anda, Anda akan menyatakan bahwa itu adalah bukti kebenaran Anda dan jika Anda
mati sebelum saya, maka siapakah yang akan pergi ke kuburan Anda untuk diminta
pertanggung-jawabannya? Itulah sebabnya mengapa Anda mengemukakan tantangan
yang konyol itu. Saya menyesal bagaimana pun juga, saya tidak berani ikut dalam
kontroversi seperti itu dan kurangnya keberanian saya ini merupakan sumber
kehormatan bagi saya dan bukanlah suatu sumber kehinaan."
Banyak dari penentang Ahmadiyah membuat cerita mengenai penyebab
kematian Mirza Ghulam Ahmad, dikatakan oleh penentang MGA meninggal di kamar
mandi akibat ratusan kali buang air besar karena sakit kolera. Memang benar MGA beberapa kali
buang air besar karena sakit diare bukan
kolera. Mirza Ghulam Ahmad wafat dengan tenang diatas peraduannya dan
kepergiannya disaksikan oleh keluarga, Sahabat dan kerabatnya pada
tanggal 26 Mei 1908, pukul 10:30 pagi. Mirza Ghulam Ahmad
wafat setelah 10 tahun ber-mubāhalah dengan Maulvi Sanaullah, dan
pada saat itu (1907)
Maulvi pun menulis karangannya Ahlul Hadits, sebagai berrikut:
"Al-Qur'an menyatakan bahwa orang-orang yang berbuat
kezaliman mendapat kelonggaran dari Tuhan. Sebagai contoh dikatakan
"Barangsiapa berada dalam kesesatan, maka biarlah Yang Maha Pemurah
memperpanjang tempo baginya" (19:76), dan: "Kami memberikan
kelonggaran bagi mereka sehingga mereka dapat memperbanyak dosanya" (3:179),
"Tuhan akan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan
mereka" (2:16), dan: "Sebenarnya Kami telah memberikan mereka dan
bapak-bapak mereka kenikmatan sehingga panjanglah umur mereka" (21:45)."
Dengan demikian Maulvi Sanaullah tidak hanya menolak tantangan Mirza
Ghulam Ahmad untuk ber-mubāhalah, melainkan ia telah mengemukakan suatu
prinsip bahwa para pendusta, penipu, perusuh dan pemberontak diberikan umur
yang panjang.
Setelah mengetahui fakta mengenai sakit dan wafatnya Mirza Ghulam
Ahmad, sekarang yang menjadi persoalan dari segi aqidah adalah:
Apakah sakit diare akut yang menyerang isi perut MGA dapat dikategorikan
sebagai penyakit yang diridhai oleh Tuhan atau tidak?
Tujuan pendirian
Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah satu organisasi keagamaan
Internasional yang telah tersebar ke lebih dari 185 negara di dunia. Pergerakan
Jemaat Ahmadiyah dalam Islam adalah suatu organisasi keagamaan dengan ruang
lingkup internasional yang memiliki cabang di 174 negara tersebar di Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia dan Eropa. Saat ini jumlah keanggotaannya di
seluruh dunia lebih dari 150 juta orang. [5] Jemaat
Ahmadiyah Internasional juga telah menerjemahkan al Quran ke
dalam bahasa-bahasa besar di dunia dan sedang merampungkan penerjemahan al
Quran ke dalam 100 bahasa di dunia. Sedangkan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia
telah menerjemahkan al Quran dalam bahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa.
Ahmadiyah Qadian dan
Lahore
Terdapat dua kelompok Ahmadiyah. Keduanya sama-sama mempercayai
bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Isa al Masih yang
telah dijanjikan Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi dua kelompok
tersebut memiliki perbedaan prinsip:
1.
Ahmadiyah
Qadian, di Indonesia dikenal
dengan Jemaat Ahmadiyah
Indonesia (berpusat di Bogor), yakni kelompok
yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid (pembaharu) dan
seorang nabi yang
tidak membawa syariat baru.
2.
Ahmadiyah
Lahore, di Indonesia dikenal
dengan Gerakan Ahmadiyah
Indonesia (berpusat di Yogyakarta).
Secara umum kelompok ini tidak menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi,
melainkan hanya sekedar mujaddid dari ajaran Islam
Selengkapnya, Ahmadiyah Lahore mempunyai keyakinan bahwa mereka:
1.
Percaya pada semua aqidah dan hukum-hukum yang tercantum
dalam al Quran dan Hadits, dan percaya pada semua perkara
agama yang telah disetujui oleh para ulama salaf dan ahlus-sunnah
wal-jama'ah, dan yakin bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang
terakhir.
2.
Nabi Muhammad SAW
adalah khatamun-nabiyyin.
Sesudahnya tidak akan datang nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru.
3.
Sesudah Nabi Muhammad
SAW, malaikat Jibril tidak akan membawa wahyu nubuwat kepada siapa pun.
4.
Apabila malaikat Jibril
membawa wahyu nubuwwat (wahyu risalat) satu kata saja kepada
seseorang, maka akan bertentangan dengan ayat: walâkin rasûlillâhi wa
khâtamun-nabiyyîn (QS 33:40), dan berarti membuka pintu khatamun-nubuwwat.
5.
Sesudah Nabi Muhammad SAW
silsilah wahyu nubuwwat telah tertutup, akan tetapi
silsilah wahyu walayat tetap terbuka, agar imandan akhlak umat tetap cerah dan segar.
6.
Sesuai dengan sabda Nabi
Muhammad SAW, bahwa di dalam umat ini tetap akan datang auliya Allah,
para mujaddid dan paramuhaddats, akan tetapi tidak akan
datang nabi.
7.
Mirza Ghulam Ahmad
adalah mujaddid abad 14 H. Dan menurut Hadits, mujaddid akan
tetap ada. Dan kepercayaan kami bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi, tetapi
berkedudukan sebagai mujaddid.
8.
Percaya kepada Mirza
Ghulam Ahmad bukan bagian dari Rukun Islam dan Rukun Iman, maka dari itu
orang yang tidak percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa disebut kafir.
9.
Seorang muslim, apabila mengucapkan kalimah thayyibah,
dia tidak boleh disebut kafir.
Mungkin dia bisa salah, akan tetapi seseorang dengan sebab berbuat salah dan
maksiat, tidak bisa disebut kafir.
10. Ahmadiyah Lahore berpendapat bahwa Mirza Ghulam
Ahmad adalah pelayan dan pengemban misi Nabi Muhammad SAW.
Sejarah penyebaran di Indonesia
Ahmadiyah Qadian
Tiga pemuda dari Sumatera Tawalib yakni
suatu pesantren di Sumatera Barat meninggalkan
negerinya untuk menuntut Ilmu. Mereka adalah (alm) Abubakar Ayyub,
(alm) Ahmad Nuruddin, dan
(alm) Zaini Dahlan. Awalnya
meraka akan berangkat ke Mesir,
karena saat itu Kairoterkenal
sebagai Pusat Studi Islam.
Namun Guru mereka menyarankan agar pergi ke India karena negara tersebut mulai
menjadi pusat pemikiran Modernisasi Islam. Sampailah ketiga pemuda Indonesia itu di
Kota Lahore dan
bertemu dengan Anjuman Isyaati Islam atau
dikenal dengan nama Ahmadiyah Lahore. Setelah beberapa waktu disana, merekapun
ingin melihat sumber dan pusat Ahmadiyah yang ada di desa Qadian. Dan setelah mendapatkan penjelasan
dan keterangan, akhirnya mereka Bai'at di tangan Hadhrat Khalifatul Masih II
r.a.,Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a.
Kemudian tiga pemuda itu memutuskan untuk belajar di Madrasah Ahmadiyah yang
kini disebut Jamiah Ahmadiyah. Merasa
puas dengan pengajaran disana, Mereka mengundang rekan-rekan pelajar di Sumatera Tawalib untuk
belajar di Qadian. Tidak lama kemudian duapuluh tiga
orang pemuda Indonesia dari Sumatera Tawalib bergabung
dengan ketiga pemuda Indonesia yang terdahulu, untuk melanjutkan studi juga
baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Dua tahun setelah peristiwa itu, para
pelajar Indonesia menginginkan agar Hadhrat Khalifatul Masih II
r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru
bicara para pelajar Indonesia dalam Bahasa Arab. Respon
positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul Masih II
r.a.. Ia meyakinkan bahwa meskipun beliau sendiri tidak dapat mengunjungi
Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau ke Indonesia. Kemudian,
(alm) Maulana Rahmat Ali HAOT dikirim sebagai
muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya. Tanggal 17 Agustus 1925, Maulana Rahmat Ali HAOTdilepas Hadhrat Khalifatul Masih II
r.a berangkat dari Qadian. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah Maulana Rahmat Ali HAOT diTapaktuan, Aceh. Kemudian berangkat menuju Padang, Sumatera Barat. Banyak
kaum intelek dan orang orang biasa menggabungkan diri dengan Ahmadiyah. Pada
tahun 1926, Disana, Jemaat Ahmadiyah mulai resmi berdiri sebagai
organisasi. Tak beberapa lama, Maulana Rahmat Ali HAOT berangkat ke Jakarta,
ibukota Indonesia. Perkembangan Ahmadiyah tumbuh semakin cepat, hingga
dibentuklah Pengurus Besar (PB) Jemaat Ahmadiyah dengan (alm) R. Muhyiddin sebagai
Ketua pertamanya. Terjadilah Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Di
dalam meraih kemerdekaan itu tidak sedikit para Ahmadi Indonesia yang ikut
berjuang dan meraih kemerdekaan. Misalnya (alm) R. Muhyiddin. Beliau
dibunuh oleh tentara Belanda pada
tahun 1946 karena beliau merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan
Indonesia. Juga ada beberapa Ahmadi yang bertugas sebagai prajurit di Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia, dan mengorbankan diri mereka untuk negara.
Sementara para Ahmadi yang lain berperan di bidang masing-masing untuk
kemerdekaan Indonesia, seperti (alm) Mln. Abdul Wahid dan
(alm) Mln. Ahmad Nuruddin berjuang
sebagai penyiar radio, menyampaikan pesan kemerdekaan Indonesia ke seluruh
dunia. Sementara itu, muballigh yang lain (alm) Mln. Sayyid Syah
Muhammad merupakan salah satu tokoh penting sehingga Soekarno,Presiden pertama Republik Indonesia, di
kemudian hari menganugerahkan gelar veteran kepada beliau untuk dedikasi
beliau kepada negara. Di tahun lima puluhan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia
mendapatkan legalitas menjadi satu Organisasi keormasan di Indonesia. Yakni
dengan dikeluarkannya Badan Hukum oleh Menteri Kehakiman RI No. JA. 5/23/13
tertanggal 13-3-1953. Ahmadiyah tidak pernah berpolitik, meskipun ketegangan
politik di Indonesia pada tahun 1960-an sangat tinggi. Pergulatan politik
ujung-ujungnya membawa kejatuhan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga
memakan banyak korban. Satu lambang era baru di Indonesia pada masa itu adalah
gugurnya mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia, Arif Rahman Hakim, yang
tidak lain melainkan seorang khadim Ahmadiyah. Dia terbunuh di
tengah ketegangan politik masa itu dan menjadi simbol bagi era baru pada masa
itu. Oleh karena itu iapun diberikan penghargaan sebagai salah satu Pahlawan Ampera. Di Era
70-an, melalui Rabithah Alam al Islami semakin menjadi-jadi di awal 1970-an,
para ulama Indonesia mengikuti langkah mereka. Maka ketika Rabithah Alam al
Islami menyatakan Ahmadiyah sebagai non muslim pada tahun 1974, hingga MUImemberikan fatwa sesat
terhadap Ahmadiyah. Sebagai akibatnya, Banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan
oleh massa yang dipimpin oleh ulama. Selain itu, banyak Ahmadi yang menderita
serangan secara fisik. Periode 90-an menjadi periode pesat perkembangan
Ahmadiyah di Indonesia bersamaan dengan diluncurkannya Moslem Television
Ahmadiyya (MTA). Ketika Pengungsi Timor Timur yang membanjiri
wilayah Indonesia setelah jajak pendapat dan menyatakan bahwa Timor Timur ingin
lepas dari Indonesia, hal ini memberikan kesempatan kepada Majelis Khuddamul
Ahmadiyah Indonesia untuk mengirimkan tim Khidmat Khalq untuk berkhidmat secara
terbuka. Ketika Tahun 2000, tibalah Hadhrat Mirza Tahir
Ahmad ke Indonesia datang
dari London menuju Indonesia. Ketika itu beliau sempat bertemu dan mendapat
sambuatan baik dari Presiden Republik Indonesia, Abdurahman Wahid dan Ketua MPR, Amin Rais.
Ahmadiyah Lahore
Tahun 1924 dua pendakwah Ahmadiyah Lahore Mirza Wali Ahmad Baig dan Maulana Ahmad, datang ke
Yogyakarta. Minhadjurrahman
Djojosoegito, seorang sekretaris di organisasi Muhammadiyah, mengundang
Mirza dan Maulana untuk berpidato dalam Muktamar ke-13 Muhammadiyah, dan
menyebut Ahmadiyah sebagai "Organisasi Saudara Muhammadiyah".
Pada tahun 1926, Haji Rasul mendebat Mirza Wali Ahmad Baig,
dan selanjutnya pengajaran paham Ahmadiyah dalam lingkup Muhammadiyah dilarang.
Pada Muktamar Muhammadiyah 18 di Solo tahun 1929, dikeluarkanlah pernyataan
bahwa "orang yang percaya akan Nabi sesudah Muhammad adalah kafir".
Djojosoegito yang diberhentikan dari Muhammadiyah, lalu membentuk dan menjadi
ketua pertama dari Gerakan Ahmadiyah
Indonesia, yang resmi berdiri 4 April 1930.
Status di Berbagai Negara
Pakistan
Di Pakistan, parlemen telah mendeklarasikan pengikut Ahmadiyah
sebagai non-muslim. Pada tahun 1974, pemerintah Pakistan merevisi konstitusinya
tentang definisi Muslim, yaitu "orang yang meyakini bahwa Nabi Muhammad
adalah nabi terakhir. Penganut Ahmadiyah, baik Qadian maupun Lahore,
dibolehkah menjalankan kepercayaannya di Pakistan, namun harus mengaku sebagai
agama tersendiri di luar Islam.
Indonesia
Majelis Ulama
Indonesia (MUI)
telah menetapkan Ahmadiyah sebagai aliran sesat semenjak tahun 1980 , lalu ditegaskan kembali pada
fatwa MUI yang dikeluarkan tahun 2005.
Malaysia
Di Malaysia Ahmadiyah
telah lama dilarang.
Brunei Darussalam
Sebagaimana di Malaysia, di Brunei Darussalam pun
status terlarang ditetapkan untuk Ahmadiyah.
Kontroversi ajaran Ahmadiyah
Menurut sudut pandang umum umat Islam, ajaran Ahmadiyah (Qadian) dianggap
melenceng dari ajaran Islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad
sebagai nabi yaitu Isa al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan
pandangan umumnya kaum muslim yang mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi
terakhir walaupun juga mempercayai kedatangan Isa al Masih dan Imam Mahdi
setelah Beliau saw(Isa al Masih dan Imam Mahdi akan menjadi umat Nabi Muhammad
SAW) .
Perbedaan Ahmadiyah dengan kaum Muslim pada umumnya adalah karena
Ahmadiyah menganggap bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi telah datang ke dunia
ini seperti yang telah dinubuwwatkan Nabi Muhammad SAW. Namun umat Islam pada
umumnya mempercayai bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi belum turun ke dunia. Sedangkan
permasalahan-permasalahan selain itu adalah perbedaan penafsiran ayat-ayat al
Quran saja.
Ahmadiyah sering dikait-kaitkan dengan adanya kitab Tazkirah. Sebenarnya kitab tersebut
bukanlah satu kitab suci bagi warga Ahmadiyah, namun hanya merupakan satu buku
yang berisi kumpulan pengalaman ruhani pendiri Jemaat Ahmadiyah, layaknya
diary. Tidak semua anggota Ahmadiyah memilikinya, karena yang digunakan sebagai
pegangan dan pedoman hidup adalah Al Quran-ul-Karim saja.
Ada pula yang menyebutkan bahwa Kota suci Jemaat Ahmadiyah adalah
Qadian dan Rabwah. Namun tidak demikian adanya, kota suci Jemaat Ahmadiyah
adalah sama dengan kota suci umat Islam lainnya, yakni Mekkah dan Madinah.
Sedangkan Ahmadiyah Lahore mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad
hanyalah mujaddid dan tidak disetarakan dengan posisi nabi,
sesuai keterangan Gerakan Ahmadiyah
Indonesia (Ahmadiyah Lahore) untuk Indonesia yang
berpusat di Yogyakarta.
Ahmadiyah menurut pengikutnya
Pada tahun 1835, di sebuah desa bernama Qadian, di daerah Punjab, India, lahir seorang anak laki-laki
bernama Ghulam Ahmad. Orang tuanya Muslim dan ia tumbuh dewasa menjadi seorang
Muslim yang luar biasa. Sejak awal kehidupannya, Mirza Ghulam Ahmad sudah amat
tertarik pada telaah dan khidmat agama Islam. Ia sering bertemu dengan
individual Kristiani, Hindu ataupun Sikh dalam perdebatan publik, serta menulis
dan bicara tentang mereka. Hal ini menjadikan lingkungan keagamaan menjadi
tertarik kepadanya dan ia dikenal baik oleh para pimpinan komunitas. Mirza
Ghulam Ahmad mulai menerima wahyu Ilahi sejak usia muda dan dengan berjalannya
waktu maka pengalaman perwahyuannya berlipat kali secara progresif. Setiap
wahyu yang diterimanya kemudian terpenuhi pada saatnya, sebagian di antaranya
yang berkaitan dengan masa depan masih menunggu pemenuhannya. Dakwahnya
menyatakan diri sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau'ud (al Masih) dilakukan di
akhir tahun 1890, dan dipublikasikan ke seluruh dunia. Pernyataannya, seperti
juga halnya para pembaharu Ilahiah lainnya seperti Nabi Isa dan Nabi Muhammad
SAW, langsung mendapat tentangan luas. Sebelum menyatakan dirinya sebagai Masih
Mau'ud, Allah SWT telah menjanjikan kepada Mirza Ghulam Ahmad melalui wahyu
bahwa:
“
|
Aku akan membawa
pesanmu sampai ke ujung-ujung dunia.
— Mirza Ghulam Ahmad |
”
|
Wahyu ini memberikan janji akan adanya dukungan Ilahi dalam
penyebaran ajaran Jemaat yang telah dimulainya di dalam Islam. Mentaati
perintah Tuhan, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan diri sebagai Al-Masih bagi umat
Kristiani, sebagai Imam Mahdi bagi umat Muslim, sebagai Krishna bagi umat
Hindu, dan lain sebagainya. Jelasnya, ia adalah "Nabi Yang
Dijanjikan" bagi masing-masing bangsa, dan ditugaskan untuk menyatukan
umat manusia di bawah bendera satu agama. Nabi Muhammad SAW sebagai nabi umat
Islam adalah seorang nabi yang membawa ajaran yang bersifat universal; dan
sosok Mirza Ghulam Ahmad yang menyatakan diri sebagai al Masih yang dijanjikan
juga menyatakan dirinya tunduk dan menjadi refleksi dari Muhammad, Khataman
Nabiyin. Menjelaskan tentang tujuan diutusnya wujud Masih Mau'ud, ia
menjelaskan:
“
|
Tugas yang diberikan
Tuhan kepadaku ialah agar aku dengan cara menghilangkan hambatan di antara
hamba dan Khalik-nya, menegakkan kembali di hati manusia, kasih dan
pengabdian kepada Allah. Dan dengan memanifestasikan kebenaran lalu
mengakhiri semua perselisihan dan perang agama, sebagai fondasi dari
kedamaian abadi serta memperkenalkan manusia kepada kebenaran ruhaniah yang
telah dilupakannya selama ini. Begitu juga aku akan menunjukkan kepada dunia
makna kehidupan keruhanian yang hakiki yang selama ini telah tergeser oleh
nafsu duniawi. Dan melalui kehidupanku sendiri, memanifestasikan kekuatan
Ilahiah yang sebenarnya dimiliki manusia namun hanya bisa nyata melalui doa
dan ibadah. Di atas segalanya adalah aku harus menegakkan kembali Ketauhidan
Ilahi yang suci, yang telah sirna dari hati manusia, yang bersih dari segala
kekotoran pemikiran polytheistik.
— Mirza Ghulam Ahmad |
”
|
Menyusul wafatnya Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1908, para Muslim
Ahmadi memilih seorang pengganti sebagai Khalifah. Sosok Khalifah
merupakan pimpinan keruhanian dan administratif dari Jemaat Islam Ahmadiyah.
Pimpinan tertinggi dari Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia pada saat ini (2007)
adalah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad yang berkedudukan di London, dan terpilih
sebagai Khalifah kelima. Ia banyak berkunjung ke berbagai negara dan cermat
mengamati budaya dan masyarakat lainnya.
Dengan bimbingan seorang Khalifah, Jemaat Ahmadiyah
berada di barisan terdepan dalam khidmat dan kesejahteraan kemanusiaan. Banyak
sekolah-sekolah, klinik dan rumah sakit yang didirikan di berbagai negeri,
dimana mereka yang papa dan miskin dirawat secara gratis. Saat terjadi bencana
alam, Jemaat Ahmadiyah membantu secara sukarela secara finansial ataupun fisik
tanpa membedakan agama, warna kulit atau pun bangsa. Jemaat Ahmadiyah telah
memiliki jaringan televisi global yang bernama "MTA (Muslim Television
Ahmadiyya) International", yang mengudara dua puluh empat jam sehari dalam
beberapa bahasa dunia. Layanan ini diberikan tanpa memungut biaya. Jemaat
Ahmadiyah telah menyebar ke lebih dari 170 negara di dunia dan populasinya
diperkirakan sudah mencapai 80 juta manusia yang telah berbai'at ke dalam
Jemaat pada tahun 2001.
Bai'at dalam Jemaat Ahmadiyah
Bulan Desember 1888, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad mengaku telah
menerima ilham Ilahi untuk mengambil bai'at dari orang-orang. Bai'at yang
pertama diselenggarakan di kota Ludhiana pada tanggal 23 Maret 1889 di rumah
seorang mukhlis bernama Mia Ahmad Jaan. Dan orang
yang bai'at pertama kali adalah Hadhrat Maulvi Nuruddin (yang nantinya
menjadi Khalifah pertama Jemaat Ahmadiyah). Pada hari itu kurang lebih 40 orang
telah bai'at.
Sepuluh syarat Bai'at
1.
Orang yang bai'at,
berjanji dengan hati jujur bahwa dimasa yang akan datang hingga masuk ke dalam
kubur, senantiasa akan menjauhi syirik.
2.
Akan senantiasa
menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap
bukan muhrim, perbuatan fasik, kejahatan, aniaya, khianat, huru-hara,
pemberontakan; serta tidak akan dikalahkan oleh gejolak-gejolak hawa nafsunya
meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.
3.
Akan senantiasa
mendirikan salat lima waktu tanpa putus-putusnya, semata-mata karena mengikuti
perintah Allah dan Rasul-Nya. Dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa
mengerjakan salat tahajjud, dan mengirimkan shalawat kepada Yang Mulia
Rasulullah saw, dan memohon ampun dari kesalahan dan memohon perlindungan dari
dosa; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukuri dengan
hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan.
4.
Tidak akan kesusahan
apapun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum
Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, baik dengan lisan atau dengan
tangan atau dengan cara papaun juga.
5.
Akan tetap setia terhadap
Allah Taala baik dalam segala keadaan susah ataupun senang, dalam duka atau
suka, nikmat dan musibah; pendeknya, akan rela atas putusan Allah. Dan
senatiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di dalam jalan
Allah. Tidak akan memalingkan mukanya dari Allah Taala ketika ditimpa suatu
musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka.
6.
Akan berhenti dari adat
yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu. Dan benar-benar akan menjunjung tinggi
perintah al Quran Suci atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan
menjadi pedoman baginya dalam setiap langkahnya.
7.
Meninggalkan takabur dan
sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah lembut, berbudi
pekerti halus, dan sopan santun.
8.
Akan menghargai agama,
kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari pada jiwanya, hartanya,
anak-anaknya, dan dari segala yang dicintainya.
9.
Akan selamanya menaruh
belas kasihan terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin
mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang
dianugerahkan Allah Taala kepadanya.
10. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini
"Imam Mahdi dan al Masih Mau'ud", semata-mata karena Allah dengan
pengakuan taat dalam hal ma'ruf dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga
mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi,
baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan, ataupun ikatan kerja.
Para Pemimpin Ahmadiyah sepeninggal Hazrat Mirza Ghulam Ahmad
Khalifah Ahmadiyah
Qadiyan
2.
Hadhrat Alhaj Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad, Khalifatul Masih II, 14 Maret 1914 - 7 November 1965
5.
Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V, 22 April 2003 - sekarang
Amir Gerakan Ahmadiyah (AAIIL)
Gerakan Ahmadiyah (Ahmadiyah Movement) atau Ahmadiyah Lahore tidak
mengenal khalifah sebagai pemimpin, akan tetapi seorang Amir yang diangkat
sebagai pemimpin.
Adapun para Amir tersebut adalah sbb:
No comments:
Post a Comment