Suatu ketika Nabi Sulaiman bin Daud AS memperoleh wahyu
Allah, yang memerintahkan agar segera pergi ke suatu pantai karena Allah akan
menunjukkan sesuatu yang ajaib. Maka beliau segera berangkat ke pantai dimaksud dengan seluruh bala tentaranya, baik dari kalangan
jin atau manusia, dan juga sebagian bala tentara lainnya dari kalangan
binatang.
Tetapi sesampainya di sana beliau tidak menemukan sesuatu
yang aneh atau ajaib, hanya hamparan pantai yang memanjang dan laut yang
terbentang luas seolah tanpa batas. Nabi Sulaiman AS segera memerintahkan salah
satu jin untuk menyelam di lautan dan membawa keluar sesuatu yang tampak ajaib,
jika menemukannya. Jin tersebut segera menyelam sedalam yang ia mampu sambil
memperhatikan sekelilingnya. Setelah beberapa waktu lamanya, ia muncul di
permukaan dan berkata, “Wahai Nabi Sulaiman, aku telah menyelam sejauh yang aku
mampu, sampai sekian ribu meter dalamnya, tetapi aku tidak melihat sesuatu yang
ajaib dan istimewa yang bisa aku tunjukkan kepadamu!!”
Nabi Sulaiman tidak puas dengan laporan jin tersebut, Allah
SWT telah memfirmankan dan itu pasti adanya, hanya jin itu saja yang mungkin
tidak mampu menemukannya. Karena itu beliau memerintahkan jin Ifrit, yang
mempunyai kemampuan jauh lebih hebat dari kebanyakan bangsa jin, untuk
melakukan tugas tersebut.
Jin Ifrit segera menerjunkan diri ke samudra, menjelajah ke
segala arah dan sedalam yang ia mampu, dengan kecepatan yang jauh lebih
mengagumkan. Tetapi setelah beberapa waktu lamanya, ia muncul di permukaan
tanpa membawa apa-apa dan berkata, “Wahai Nabi Sulaiman, aku telah menyelam
sejauh yang aku mampu, sampai sekian ribu meter dalamnya (dua kali dalamnya
dari yang diselami jin sebelumnya), tetapi aku tidak melihat sesuatu yang ajaib
dan istimewa yang bisa aku tunjukkan kepadamu!!”
Lagi-lagi Nabi Sulaiman tidak puas dengan hasil yang
dilaporkan Jin Ifrit itu. Karena itu beliau berpaling kepada salah seorang
punggawanya, Ashif bin Barkhiya, seseorang yang sangat ahli dan menguasai Kitab
Taurat, bahkan Allah menganugerahinya ilmu secara langsung dari sisi-Nya (Ilmu
Ladunni). Nabi Sulaiman berkata, “Wahai Ashif, bawakanlah (tunjukkanlah)
kepadaku, keajaiban apa yang disembunyikan Allah di dalam lautan ini.”
Tidak seperti dua bangsa jin yang segera menceburkan diri ke
samudra dan menyelam, Ashif hanya diam sesaat, kemudian menadahkan tangannya ke
atas dan berdoa kepada Allah. Tidak lama kemudian air laut tersibak dan muncul
sebuah kubah besar berwarna putih dengan pintu di empat penjurunya. Pintu
pertama terbuat dari intan permata, pintu kedua dari yaqut, pintu ketiga dari
mutiara dan pintu keempat dari zabarjud yang berwarna hijau. Ashif berkata,
“Wahai Nabiyallah, inilah keajaiban yang ingin ditunjukkan Allah kepada engkau,
ia berada di dasar lautan dengan kedalaman tiga kali yang diselami jin
pertama!!”
Nabi Sulaiman memandang dengan penuh kekaguman kepada kubah
putih yang perlahan menepi dengan sendirinya. Kemudian pintu-pintu itu terbuka
dan tidak ada setetes airpun yang membasahi bagian dalam kubah tersebut. Beliau
masuk dan menemukan seorang pemuda sedang beribadah di dalamnya. Beliau
mengucap salam dan berkata, “Wahai pemuda, mengapa engkau tinggal di dasar
lautan di dalam kubah ini??”
Setelah menjawab salam beliau, pemuda itu menceritakan bahwa
dahulunya ia merawat dan melayani kedua orang tuanya yang cacat, ibunya dalam
keadaan buta sedang ayahnya lumpuh, selama hampir tujuhpuluh tahun. Ketika sang
ibu akan meninggal, ia berdoa, “Ya Allah, lanjutkan (panjangkan) umur anakku
dalam ketaatan kepada-Mu!!”
Kemudian ketika sang ayah akan meninggal, ia berdoa, “Ya
Allah, jadikanlah anakku tetap dalam ketaatan kepada-Mu di tempat yang tidak
dapat diketahui oleh para syaitan!!”
Setelah kewafatan kedua orang tuanya, pemuda itu
berjalan-jalan ke tepi pantai dan melihat kubah tersebut yang dalam keadaan
terbuka. Ia masuk karena ingin mengetahui keadaan di dalamnya, tetapi tiba-tiba
kubah tersebut tertutup dan dibawa malaikat ke dasar lautan yang terdalam. Maka
ia menghabiskan waktu hanya dengan beribadah kepada Allah di dalam kubah
tersebut.
Nabi Sulaiman berkata, “Pada masa siapakah engkau hidup saat
itu?”
Pemuda itu berkata, “Masa Nabi Ibrahim AS…”
Berarti pemuda itu telah tinggal di kubah itu selama sekitar
1.400 tahun, tetapi sama sekali tidak tampak ketuaan di wajah pemuda tersebut,
bahkan satu ubanpun tidak tampak di rambutnya.
Nabi Sulaiman berkata lagi, “Bagaimana dengan makan
minummu??”
Pemuda itu berkata, “Setiap harinya kubah ini naik ke
permukaan, dan seekor burung membawakan makanan dan minuman sebesar kepala
orang dewasa. Saya bisa merasakan semua jenis makanan di dunia ini, yang
membuat saya selalu puas dan kenyang, hilang semua rasa haus dan lapar, panas
dan dingin, jemu dan malas, bahkan tidak ada rasa kantuk dan ingin tidur
sehingga saya bisa menghabiskan waktu untuk beribadah kepada Allah…!!”
Nabi Sulaiman memandang pemuda itu penuh kekaguman. Walaupun
segala mu’jizat dan kelebihan yang diberikan Allah kepadanya sangat
mengagumkan, tetapi bagi Nabi Sulaiman, apa yang dialami pemuda itu jauh lebih
mengagumkan lagi. Apalagi pemuda itu bukan seorang nabi dan rasul, tetapi
seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, yang memperoleh kemuliaan
(karamah) itu karena doa kedua orang tuanya.
Nabi Sulaiman berkata, “Maukah engkau tinggal bersama
kami??”
Pemuda itu berkata, “Kembalikanlah saya ke tempat semula,
dan biarkanlah saya terus beribadah kepada Allah sampai waktu yang dikehendaki
Allah!!”
Nabi Sulaiman keluar dari kubah tersebut dan memerintahkan
Ashif untuk mengembalikan kubah itu ke tempatnya semula. Ashif menadahkan
tangan dan berdoa, maka perlahan kubah itu masuk ke dalam air, dan pemandangan
kembali seperti semula, hanya hamparan air dan pasir yang seolah tidak
terbatas.
No comments:
Post a Comment