Berzuhud dan Cinta Duniawi


Al-Habib Abdullah Al-Haddad berkata: “Berbagai masalah dan hal-hal dengan segala fasilitasnya yang di zaman ini dihukumi mubah oleh sekelompok orang yang pengetahuannya mengenai Kitabullah dan Sunnah tidak mantap, tidak dapat dijadikan pegangan. Bahkan saat ini telah menjadi haram dan syubhat karena campur baurnya yang haq dan yang bathil, juga karena keguncangan yang dialami pemeluk agama  dewasa ini. Namun, Mereka yang beriman dan bertakwa, yang memiliki mata hati (bashirah) dan pandai dalam Al-Qur-an dan Sunnah tidak akan ragu-ragu dalam hal ini. Dan Al-Habib Abdullah Al-Haddad melanjutkan: “Dalam Agama ada yang penting dan ada yang lebih penting. Orang yang mengetahui, memahami, bertakwa dan berbuat baik tidak akan kesulitan untuk membedakan  mana yang penting dan mana  yang utama, mana yang lebih penting dan mana yang lebih utama.
 
Rasulullah SAW bersabda,”Tanda orang zuhud ada sepuluh: dia zuhud dari perbuatan yang haram, menahan diri, menegakkan kewajiban-kewajiban yang diperintah Tuhannya; apabila dia seorang pekerja, dia akan patuh; apabila dia seorang tuan, dia akan bersikap baik terhadap bawahannya; dia tidak menyimpan fanatik terhadap kelompok, tidak dengki, bersikap baik kepada yang berbuat buruk kepadanya, memberi keuntungan kepada yang merugikannya, memaafkan yang pernah menzhaliminya, serta bersikap tawadhu terhadap hak Allah”.

Bahwa ketika suatu hari seorang yang terkenal zuhud dan tekun ibadah bernama Muhammad bin Munkadir didalam perjalanannya melihat seseorang yang dipapah dua orang sedang mengontrol keadaan tanamannya. Ia merasa harus menasihati orang tersebut. Ketika ia mendekat ternyata orang tersebut adalah seorang Ahlul Bait yaitu Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin ‘Ali Zainal ’Abidin. Maka Munkadir menggeleng-gelengkan kepalanya keheranan. Ia memberi salam kepada sang Imam kemudian Imam menjawabnya dengan bercucuran keringat. Kata Munkadir, “Semoga Allah memperbaiki dirimu sebagai seorang syaikh dari kalangan suku Quraisy. Siang-siang seterik ini tuan keluar untuk mencari dunia? Bagaimana jadinya kalau ajal menemuimu dalam situasi seperti ini?”. Imam sambil bersandar pada dinding dan menjawab:”Demi Allah, jika aku mati dalam keadaan seperti ini, dimana aku sedang menaati perintah Allah (Kasab), aku akan bangga. Yang aku takutkan ialah kematian yang datang disaat aku sedang bermaksiat kepada Allah”. Jawaban menyadarkan Munkadir akan kesalahannya, yang semula menganggap dirinya benar. Kemudian ia menghampiri Imam sambil berkata,”Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat kepadamu tuan, sebenarnya saya bermaksud menasihati tuan,  tapi  kiranya sebaliknya tuanlah yang menasihati aku”.

Dalam persoalan zuhud juga terdapat suatu kisah tentang Al-Imam Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir; bahwa suatu hari Sufyan Ats-Tsauri datang ke rumah Imam, saat itu Imam Ja’far mengenakan pakaian indah serba putih. Maka berkatalah Sufyan Tsauri kepadanya,” Ini bukanlah pakaian tuan, tidak patut bagi tuan melumuri diri tuan dengan perhiasan dunia yang fana ini, seyogyanya tuan hidup secara zuhud dan menghias diri dengan taqwa”. Imam Ja’far Shadiq menyahut,”Mungkin terlintas di matamu keadaan Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang sangat sederhana ketika itu. Ketahuilah bahwa Rasulullah SAW itu hidup di zaman gersang, tapi apabila dunia ini sudah dihidangkan kepada manusia, maka yang lebih berhak atasnya adalah orang-orang yang ta’at, bukan orang-orang yang ingkar; orang-orang beriman, bukan orang-orang munafik dan orang-orang islam bukan orang-orang kafir. Wahai Sufyan Tsauri, apa yang kau ingkari atasku? Demi Allah, sekalipun aku seperti yang kau lihat, kapan saja bila ada hartaku terdapat sesuatu yang harus aku berikan, pasti aku berikan”.
 
Dalam kesempatan lain ketika Imam Ja’far ditegur oleh sekelompok orang-orang zuhud yang mengajak manusia untuk mengikuti jejak mereka, senantiasa hidup dalam sederhana dan berpaling dari hal-hal keduniawian, hingga berdiri salah seorang dari mereka sambil berkata kepada Imam Ja’far Shadiq: “Aku sama sekali tidak melihat engkau zuhud, sementara engkau memerintahkan manusia untuk zuhud dalam harta mereka, dan di lain pihak engkau bersenang-senang dengan harta itu”. Imam Ja’far Shadiq menjawab, ”Ketahuilah sesungguhnya saya mendengar, ayah saya meriwayatkan dari kakek-kakekku, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Tidaklah aku heran terhadap sesuatu melebihi keherananku kepada mukminin. Jika terpotong-potong kulitnya di dunia dengan gunting, hal itu merupakan kebaikan baginya, dan jika ia memiliki seluruh isi dunia timur dan barat, hal itu merupakan kebaikan baginya. Apapun yang ditakdirkan Allah terhadapnya selalu dianggap sebagai kebaikan. Imam Ja’far Shadiq menambahkan,”Jadi kebahagiaan dan kebaikan seorang mukmin bukanlah terletak pada kekayaan ataupun kemiskinannya, melainkan tergantung pada kekuatan iman dan aqidahnya. Karena ia tahu, bahwa kewajiban itu mesti dilakukan, baik dalam keadaan kaya ataupun miskin. Sungguh aneh, manakala ada seorang mukmin menyengsarakan dirinya, dengan keyakinan bahwa hanya dengan kesengsaraan dan kemiskinan itu merupakan kebahagiaan dan kebaikan. Perlu kalian ketahui pula, bahwa jika manusia harus menempuh seperti cara kalian dalam berzuhud, tidak perduli sama sekali dengan harta dunia, maka kepada siapa sedekah akan diberikan? Kepada siapa pula segala harta zakat akan diberikan? Seandainya tujuan Islam menjadikan dunia ini sebagai tempat berpaling dari segala bentuk kesenangan duniawi, atau sebagai penjara kemiskinan, dan dia harus mendekam didalamnya, tentulah orang-orang fakir miskin itu telah sampai kepada apa-apa yang dicita-citakan Islam, lalu buat apa kita diwajibkan memberi zakat kepada mereka?. Jika dunia adalah seperti yang kalian katakan, mestinya tak boleh ada yang menyimpan harta benda, walau ia sendiri dalam kesulitan. Alangkah jeleknya dunia yang kalian dambakan, dan kalian membawa umat ini kepada situasi kebutaan terhadap Kitabullah dan Sunnah Rasul. Perhatikanlah bahwa Rasul SAW bersabda:Tidak akan diterima doa seseorang yang duduk-duduk di rumah sambil berdoa memohon rezeki kepada Tuhannya tanpa melakukan suatu usaha. Padahal Allah SWT berfirman, Hai hamba-Ku, bukankah Aku telah memberikan jalan kepadamu buat mencari rezeki dan berusaha dengan anggota tubuh yang sehat, sehingga kamu tidak tercela dihadapan-Ku dalam meminta karunia, karena kamu menunaikan perintah-Ku; dan juga agar kamu tidak menjadi beban atas keluargamu. Selanjutnya, jika Aku menghendaki, maka Aku beri rezeki kepadamu, dan jika Aku menghendaki maka Aku tak memberikan rezeki kepadamu. Tapi kamu tidak lagi tercela disisi-Ku”.  Selanjutnya Imam Ja’far Shadiq menambahkan: ”Kalian telah menolak hadits-hadits yang tidak sesuai dengan jalan hidup yang kalian tempuh. Kalian mencampur adukan antara perintah dan larangan. Ingatlah Al-Quran menceritakan permohonan Nabi Sulaiman agar di karuniai kerajaan yang tidak dimiliki seorang juapun sesudahnya, dan Allah mengabulkannya dan Allah tidak mencelanya. Kenanglah Nabi Yusuf berkata  kepada Raja Mesir, ”Jadikanlah aku bendaharawan negara, sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan”,tidak seorangpun mengkritik tindakannya. Perhatikan pula bahwa Al-Quran memuat kisah Dzul Qarnain, yang dijadikan Allah sebagai penguasa kerajaan yang sangat luas, dia menyeru dan melaksanakan kebenaran, dia mencintai Allah dan Allah mencintainya. Diriwayatkan Rasul SAW berabda: ”Hendaklah kamu menjadi pedagang pakaian karena nenek moyangmu Ibrahim as adalah pedagang pakaian”. Diriwayatkan Sayyidina Umar bin Khattab berkata: “Wahai orang-orang miskin, bangkitlah dan berusahalah karena perintah untuk mencari rizki itu jelas dan janganlah kamu menjadi beban orang lain”.  Lanjut Imam Ja’far,”Oleh sebab itu hendaklah kalian bersikap sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, penuhilah perintah Allah dan jauhilah larangan-Nya. Apa yang di halalkan Allah, sesungguhnya akan menjadikan kamu dekat kepada Allah, dan menjauhkan kamu dari kebodohan. Biarkanlah kebodohan itu kembali kepada pemiliknya, sesungguhnya orang-orang bodoh itu banyak, sedangkan orang-orang berilmu itu sedikit”.

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka sesungguhnya dia mendapat petunjuk”.Ya Allah pelindung kami dunia dan akhirat, limpahkanlah kesabaran kepada kami”.

No comments:

Post a Comment

Tentang Saya