Bala'. Secara
literal, al-bala' bermakna al-ikhtibar (ujian). Istilah bala' sendiri digunakan untuk
menggambarkan ujian yang baik maupun yang buruk. [Imam al-Raziy, Mukhtaar al-Shihaah, hal. 65]. Dalam kitab al-Tibyaan fi Tafsiir Ghariib al-Quran dinyatakan, bahwa bala' itu
memiliki tiga bentuk; ni'mat
(kenikmatan), ikhtibaar (cobaan atau ujian), dan makruuh (sesuatu yang dibenci).[Syihaab al-Diin Ahmad, al-Tibyaan fi Tafsiir Ghariib al-Quran, juz
1/85] Di dalam al-Quran, kata bala'
disebutkan di enam tempat, dengan makna yang berbeda-beda; [2:49; 7:141; 8:17;
14:6; 37:106; 44:33]. Ada yang bermakna cobaan dan ujian yang
dibenci manusia. Ada
pula yang berarti kemenangan atau kenikmatan (bala' hasanan).
Bala' dalam konteks ujian yang buruk,
misalnya terdapat di dalam firman Allah swt berikut ini:
وَفِي
ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ
"Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari
Tuhanmu."[al-Baqarah:49]. Ayat
ini bercerita tentang diselamatkannya Bani Israil dari penyembelihan dan
kekejaman Fir'aun. Menurut Ali Al-Shabuniy, bala' dalam ayat ini adalah
al-mihnah wa al-ikhtibaar (ujian dan
cobaan) yang ditimpakan oleh Fir'aun kepada Bani Israil; yakni penyembelihan anak laki-laki. [Ali
al-Shabuniy, Shafwaat al-Tafaasiir, juz
1/hal.57]
Adapun bala' dalam konteks ujian yang
baik terdapat dalam firman Allah swt berikut ini:
فَلَمْ
تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ
وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا
إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Maka sebenarnya, bukan kamu yang membunuh mereka. Akan tetapi Allahlah
yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi
Allahlah yang melempar. Allah berbuat
demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada
orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik (bala`an hasanan). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui."[al-Anfaal:17].
Menurut Imam al-Baidlawiy dalam Tafsir
al-Baidlawiy, kata bala' pada ayat di atas adalah kenikmatan yang
diberikan Allah kepada orang-orang beriman, yang berujud, pertolongan Allah
(al-nashr), al-ghanimah (harta rampasan perang), dan al-musyahadah (mati
syahid). [Imam al-Baidlawiy, Tafsir
al-Baidlawiy, juz 3/97]
Musibah.
Musibah
adalah al-baliyyah (ujian) dan semua
perkara yang dibenci oleh manusia. Imam
Ibnu Mandzur, dalam Lisaan al-'Arab menyatakan, bahwa musibah adalah al-dahr
(kemalangan, musibah, dan bencana).
[Imam Ibnu Mandzur, Lisaan
al-'Arab;juz 1/535]. Menurut Imam
al-Baidlawiy, musibah adalah semua kemalangan yang dibenci dan menimpa umat
manusia. Ini didasarkan pada sabda
Rasulullah saw,"Setiap perkara yang
menyakiti manusia adalah musibah."[Imam al-Baidlawiy, Tafsir al-Baidlawiy, juz 1/431]
Kata musibah disebutkan di sepuluh
ayat, dan semuanya bermakna kemalangan, musibah, dan bencana yang dibenci
manusia. Namun demikian, Allah swt
memerintahkan kaum Muslim untuk menyakini, bahwa semua musibah itu datang dari
Allah swt, dan atas ijinNya. Allah swt
berfirman:
مَا
أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ
قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
"Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin
Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk
kepadanya hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu."[al-Taghaabun:11]
'Adzab.
Secara literal, 'adzab adalah "al-nakaal
wa al-'uquubah" [peringatan bagi yang lain, dan siksaan (hukuman)].[Imam
Ibnu Mandzur, Lisaan al-'Arab, juz
1/585]. Al-nakaal adalah peringatan yang
berupa siksaan atau hukuman kepada yang lain.
Kata al-'adzab biasanya
digunakan pada konteks hukuman atau siksaan kelak di hari akhir. Allah swt berfirman:
خَتَمَ
اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ
وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
"Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa
yang amat berat."[al-Baqarah:7]
وَأَنَّ
الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
"Sesungguhnya, orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akherat,
Kami sediakan bagi mereka adzab yang pedih."[al-Israa':10], dan lain
sebagainya. Namun demikian, kata 'adzab
juga digunakan dalam konteks hukuman di kehidupan dunia. Allah swt berfirman:
وَإِنْ
مِنْ قَرْيَةٍ إِلَّا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَوْ
مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا
"Tak ada suatu negeripun yang durhaka penduduknya, melainkan Kami
membinasakannya sebelum hari kiamat, atau Kami adzab (penduduknya) dengan adzab
yang keras. Yang demikian itu telah
tertulis di dalam kitab Lauh al-Mahfuudz."[al-Israa':58]
Menurut Ali al-Shabuniy, jika penduduk
suatu kota ingkar atau bermaksiyat kepada perintah Allah swt, mendustakan
Rasul-rasulNya, niscaya Allah akan menghancurkan mereka, baik dengan kehancuran
secara total (pemusnahan), maupun ditimpa dengan hukuman yang amat keras.[Ali
al-Shabuniy, Shafwaat al-Tafaasiir, juz 2/165]
Di ayat yang lain, Allah swt
berfirman:
لَوْ
تَزَيَّلُوا لَعَذَّبْنَا الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
"Sekiranya mereka tidak bercampur baur, tentulah Kami akan mengadzab
orang-orang kafir di antara mereka dengan adzab yang pedih."[al-Fath:25]
Tatkala menafsirkan ayat ini, Ali
al-Shabuniy mengatakan, "Seandainya
orang-orang kafir itu dipisahkan satu dengan yang lain, kemudian dipisahkan
antara yang mukmin dengan yang kafir, tentulah Allah akan mengadzab orang-orang
kafir dengan adzab yang sangat keras, berupa pembunuhan, penawanan, maupun
pengusiran dari negeri mereka-negeri mereka."[Ali al-Shabuniy, Shafwaat al-Tafaasiir, juz 3/48]. Keterangan ini diperkuat dengan firman Allah
swt yang lain, yakni:
وَلَوْلَا
أَنْ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِمُ الْجَلَاءَ لَعَذَّبَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ
فِي الْآخِرَةِ عَذَابُ النَّارِ
"Dan jikalau tidaklah karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap
mereka, benar-benar Allah mengadzab mereka di dunia. Dan bagi mereka di akherat adzab
neraka."[al-Hasyr:3]. Ayat ini
bercerita tentang pengusiran Bani Nadzir, sekaligus mengisahkan, bahwa jikalau
Allah swt tidak menetapkan hukuman pengusiran terhadap Bani Nadzir, niscaya
mereka akan diadzab dengan pembunuhan (al-qatl). Hukuman bagi mereka cukup dengan pengusiran,
bukan pembunuhan seperti halnya hukuman bagi Yahudi Bani Quraidzah.
Ayat di atas juga menunjukkan, bahwa
'adzab tidak hanya berasal dari Allah swt saja, akan tetapi juga bersumber dari
manusia sendiri, yakni berupa hukuman atau sanksi di kehidupan dunia.
No comments:
Post a Comment