Penjelasan singkat antara Sunnah dan bid’ah


Dalam sebuah hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa Rasul SAW bersabda: “Amma ba’du, sesungguhnya tutur-kata yang terbaik ialah Kitabullah (Al-Quran), dan petunjuk yang terbaik ialah petunjuk Muhammad SAW. Dan hadits yang diketengahkan oleh Turmudzi, Ibnu Majah dan lainnya, Rasul Bersabda” Orang yang hidup sepeninggalku nanti akan menyaksikan banyak perselisihan, maka hendaklah kamu berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah Khulafaur rasyidin”.
Sunnah dan bid’ah memang dua hal yang sulit untuk diuraikan, karena dalam hal itu semua dibutuhkan kedalaman ilmu tentang tata bahasa arab, asbabun nuzul, ayat-ayat nasikh dan mansukh, ayat-ayat mutsyabihat dan muhkamat untuk memahami isi kandungan Al-Quran. Juga dibutuhkan kedalaman ilmu tata bahasa arab untuk memahami Hadits-hadits Rasulullah SAW. Seperti dalam suatu hadits dari Ummu ‘Abdillah, ‘Aisyah ra berkata, bahwa Rasul SAW bersabda;


 “Barangsiapa yang mengadakan hal baru dalam urusan agama yang tidak ada landasan hukumnya, maka ia tertolak”(HR Bukhari Muslim). Dan dalam riwayat Muslim :


“Barangsiapa mengerjakan amalan tanpa didasari perintah kami, maka ia tertolak”. Makna dari hadits tersebut diatas jelas jika suatu pekerjaan (peribadatan) yang tanpa didasari Kitabullah dan Hadits serta Sunnah maka ia tertolak, namun jika berdasarkan atau berlandaskan Kitabullah, Hadits dan sunnah Nabi serta sunnah para Sahabat rhm tidaklah mengapa. Rasul SAW bersabda,




“Orang yang hidup sepeninggalku nanti akan menyaksikan banyak perselisihan, maka hendaklah kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang diberi petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan geraham kalian. Hati-hatilah terhadap persoalan yang diada-adakan, karena setiap bid’ah adalah sesat”. (HR Turmudzi, Ibnu Majah). Dalam memahami kalimat,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَة ...
“Maka sesungguhnya setiap bid’ah itu sesat”. Dalam hadits ini mengandung suatu kalimat umum yang bermakna khusus. Jika kita mengambil pengertian umum saja dalam kata “Kulli, Kulla, Kullu” akan banyak berbenturan dengan pengertian-pengertian yang terdapat dalam Kitabullah dan sunnah, sebagai contoh perbandingan dalam sebuah hadits Nabi SAW,
كُلُّ أَمْرٍ لاَ يُبْدَ أُ فِيهِ بِبسم الله الرّحمن الرّحيم فَهُوَ أَقْطَعْ.
“Setiap pekerjaan  yang tanpa dimulai dengan Bismillahir Rahmaanir Rahiim, maka pekerjaan itu terputus (tiada manfaat)” . kata “kullu” (segala) di sini sangat jelas Rasul SAW menganjurkan kita dalam melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan yang diperintah, pekerjaan sunnah, pekerjaan mubah, pekerjaan-pekerjaan baik saja agar mengucapkan Basmalah. Sangat diharamkan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dilarang agama, perbuatan tercela, maksiat, dan perbuatan buruk lainnya dimulai dengan Basmalah. Sebagai contoh, apa pantas jika seseorang yang akan minum-minuman keras membaca Basmalah? Atau melakukan pencurian dengan memulai Basmalah? Atau perbuatan-perbuatan yang lebih hina lagi dimulai dengan Basmalah?. Contoh lain lagi termaktub dalam surat Al-Ahqaf 25,
تُدَمِّرُكُلَّ شَئٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا ...

”menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhan”. Kalimat “Menghancurkan segala sesuatu” disini jika diartikan segala sesuatu secara umum maka pengertiannya adalah Allah  menghancurkan seluruh jagad raya jika, demikian pengertian yang diambil maka kiamat telah terjadi dan kita saat ini tidak akan pernah ada, dengan ini jelas makna dari ayat tersebut bukan berarti Allah menghancurkan segala sesuatu yang terdapat di alam semesta, yakni mengandung makna yang khusus. Terdapat pula dalam surat Al-An’am 44,
فَلَمَّانَسُوأ مَاذُكِّرُوأبِهِ, فَتَحْنَاعَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَئٍ ...

“Maka tatkala mereka lupa peringatan yang di berikan kepada mereka, Kami bukakan bagi mereka pintu segala sesuatu, sehingga bila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan, Kami siksa mereka, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa ”. Makna dalam kalimat “Kami bukakan bagi mereka pintu segala sesuatu” ini jelas terdapat pengertian bahwa tidak termasuk bagi mereka dibukakan pintu rahmat oleh Allah karena ayat selanjutnya menjelaskan bahwa Allah menyiksa mereka. Terdapat juga dalam Surat An-Naml 23,
إِنِّىوَجَدْتُّ امْرأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَئٍ لَهَاعَرْشٌ عَظِيمٌ. النمل 23

”Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita (Ratu Balqis) yang memerintah mereka, dan ia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar”. Makna kalimat “dianugerahi segala sesuatu” bukan berarti Ratu Balqis dianugerahi singgasana dan kekuasaan seperti yang diberikan Allah kepada Nabi Sulaiman as. Hal yang seperti ini banyak terdapat dalam Al-Qur-an, seperti yang dikatakan al-Imam Qurthuby, bahwa dalam bahasa Arab banyak kata-kata umum yang bermakna khusus. Coba kita renungkan penjelasan singkat tersebut diatas. Semoga kita mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.  Wallahu a'lamu …


No comments:

Post a Comment

Tentang Saya