Al-Faqih 'Abdullah Al’Amudi
bertanya kepada Al-Habib 'Abdullah bin 'Alwy Al-Haddad: “Bolehkah menaati
orang tua yang memerintahkan untuk mengembangkan
usaha, sedangkan
pengembangan
usaha itu akan melibatkan si anak dalam usaha-usaha
mubah yang mungkin dapat membahayakan agamanya (menyibukkan sehingga dapat mengganggu ibadahnya) dan dapat menjerumuskannya
dalam maksiat? “.
Maka Al-Habib 'Abdullah bin ‘Alwy
Al-Haddad menjawab: “ Seorang anak boleh
tidak menaati kedua orangtuanya dalam hal itu, tetapi jangan
mengatakannya secara langsung, dan jangan mengambil sikap menolak atau menentang
secara terang-terangan. Namun, hendaknya ia memberi mereka pengertian
dan bersikap lemah lembut sesuai dengan kewajiban anak terhadap orangtua; menghormati,
berbakti dan menyayangi. Anak tidak boleh menaati ajakan orang tuanya untuk bermaksiat kepada
Allah, sebab Rasul bersabda:
لاَطَاعَةَ لِمَخْلُقٍ فِى
مَعْصِيَةِ الخَالِقِ. رواه إبن شيبه من حسن
“Tidak boleh taat kepada
makhluk untuk durhaka kepada Al-Khalik (Allah Ta'ala)”. Selanjutnya Al-Habib 'Abdullah bin ‘Alwy Al-Haddad berkata: “Pengembangan Usaha dengan
cara yang kau tanyakan ini merupakan pembuka jalan bagi berbagai
maksiat lainnya, sedangkan “ Yang menjadi perantara suatu perbuatan akan di
hukumi sesuai dengan tujuan perbuatan itu sendiri”, Dan “Barangsiapa beraktifitas di sekitar daerah
terlarang, ia akan terperosok didalamnya”(HR Bukhari Muslim). Selanjutnya Al-Habib 'Abdullah bin
'Alwy Al-Haddadd berkata: “Berbagai masalah dan
hal-hal dengan segala fasilitasnya yang di zaman ini dihukumi mubah oleh
sekelompok orang yang pengetahuannya mengenai Kitabullah dan Sunnah tidak
mantap, tidak dapat dijadikan pegangan. Bahkan saat ini telah menjadi haram
dan syubhat karena campur baurnya yang haq dan yang bathil, juga karena
keguncangan yang dialami pemeluk agama
dewasa ini. Namun, Mereka yang beriman dan bertakwa, yang memiliki mata
hati (bashirah) dan pandai dalam Al-Qur-an dan Sunnah tidak akan ragu-ragu
dalam hal ini. Uwais
Al-Qarani Rhm tidak dapat bertemu dan menjadi sahabat Rasulb
karena ia sangat berbakti dan mengasihi ibunya. Para sahabat menjadi mulia
karena persahabatannya dengan Rasulb, tetapi rasa kasih dan bakti
Uwais pada ibunya menambah kemuliaannya dari segi lain lagi. Cara meraih
keutamaan itu ada banyak dan beragam. Dalam sebuah hadits
diriwayatkan seseorang meminta izin kepada Rasulb untuk ikut berjihad, kemudian
beliau bertanya apa kedua orangtuanya masih hidup, ketika dijawab masih hidup,
Beliau Rasullullah bersabda: “Berjihadlah
(berbaktilah) kepada keduanya” (HR
Bukhari Muslim). Semoga
Allah melapangkan dada kita untuk menerima islam dan iman, serta menjadikan
kita orang-orang yang dapat mewujudkan iman dan ihsan. Sehingga kita memperoleh
kebersamaan dan cinta Allah SWT".
إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ
اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُم مُحْسِنُونَ. النحل 128
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa dan yang berbuat kebaikan”. (An-Nahl 16:128).
Termaktub dalam Al-Quran bahwa Allah SWT berfirman:
نَبِِّئ عِِبَادِِِِىاَ نِّى اَنَا الغَفُورُالرَّحِيْمُ. وَاَنَّ
عَذَابِِِِِِِِِىهُوَالعَذَابُ اْلأَ لِِِيمُ . (الحجر 49-50)
“Beritakanlah olehmu kepada para hamba-Ku bahwa
sesungguhnya Aku adalah Maha Pengampun lagi Maha pengasih dan Penyayang. Dan
sesungguhnya siksa-Ku itu amat pedih”. (QS
Al Hijr: 49-50)
No comments:
Post a Comment