AKIDAH DAN MADZHAB BANI ALAWI

Tulisan ini ditukil 100% dari buku JALAN NAN LURUS, SEKILAS PANDANG TAREKAT BANI ALAWI tulisan Yang Mulia Habib Novel bin Muhammad Alaydarus (murid dr al-arif billah Habib Anis bin Alwi bin ALi bin Muhammad al-habsyi, cucu dr penyusun kitab Mawlid Simthud duror atau terkenal dgn mawlid Habsyi) berikut beliau menulis :


Dalam bab ini kami akan memaparkan sejumlah data yg membuktikan bahwa akidah Bani Alawi dan leluhurnya adalah ahlussunnah waljamaah yang dianut oleh mayoritas ummat Islam. Data-data ini kami nukil dari berbagai buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh Bani Alawi, orang-orang yang pendapatnya mewakili mereka semua.

Mereka Mencintai Para Sahabat

Cinta kepada para sahabat merupakan slaah satu cirri utama ahlussunnah wal jamaah. Sebab aswaja adalah orang-orang yang berpegang teguh pada ajaran rasulullah sollallahu alaihi wa aalihi wasohbihi wasaallam (selanjutnya di singkat SAW) dan para sahabatnya, sebagaimana yg dijelaskan oleh Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Sebagai seorang sunni, maka leluhur Bani Alawi senantiasa menjunjung tinggi kehormatan semua sahabat Rasulullah Saw.
Dibawah ini kami nukilkan pandangan tokoh-tokoh luhur Bani Alawi terhadap para sahabat yang dituli habib Syekh al-Aydarus bin Abdullah bin Syekh bin Abdullah alAydarus Akbar bin Abu Bakar dalam bukunya al-iqdun Nabawi. Buku ini kami nilai mampu mewakili Bani Alawi karena ditulis oleh ulama senior generasi awal bani Alawi sekitar lima abad (500 tahun) yang lalu.

Pernyatan Imam Ali Zainal Abidin bin Husin bin Ali bin Abi thalib

Syekh al-Aydarus bin Abdullah bin Syekh bin Abdullah alAydarus Akbar bin Abu Bakar dalam bukunya al-Iqdun nabawi menuliskan :

” Sejumlah warga Irak mendatangi Imam Ali bin Husain. Mereka mencela sahabat Abu Bakar, Umar dan utsman. Setelah mereka selesai berbicara, imam Ali bin Husain balik bertanya kepada mereka : ”Maukah kalian menerangkan kepadaku, apakah kalian yang termasuk orang-orang yang melakukan hijrah pada tahap awal, sebagaimana tersebut dalam wahyu Allah berikut :
”Orang-orang yang diusir dr kampung halaman dan harta benda mereka karena mencari karunia Allah dan keridjhaan-Nya, dan mereka yang menolong Allah dan rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar (Al-Hasyr, 59:8)

”Bukan” jawab mereka.
Imam Ali Zainal Abidin selanjutnya berkata :”Apakah kalian termasuk orang yang tersebut dalam wahyu Allah berikut :
”Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (sahabat Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (sahabat Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan memgutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu) (Al-Hasyr, 59:9)

”Bukan” jawab mereka
Imam Ali Zainal Abidin pun berkata :
”Kalian telah mengakui bahwa kalian bukan dari kedua kelompok yang tersebut dalam ayat di atas, dan kini aku bersaksi bahwa kalian juga bukan dari kelompok orang-orang yang tersebut ayat di bawah ini:
”Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: Duhai tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Duhai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (al-Hasyr, 59:10)

”Oleh karena itu, pergilah (enyahlah) kalian dari sisiku” Ujar Imam Ali Zainal Abidin.

Pernyataan Imam Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin
Dalam Iqdun nabawi, Syekh al-Aydarus bin Abdullah bin Syekh bin Abdullah alAydarus Akbar bin Abu Bakar menuliskan bahwa Imam Ja’far Shodiq berkata bahwa ayahnya, yaitu Imam Muhammad al-Baqir radhiyallahu anhu bercerita :

Pada suatu hari seseorang menemui ayahku, Ali bun Husin, dan berkata:
”ceritakan padaku perihal Abu Bakar”
”Abu Bakar Shiddiq kah yang kau maksud?” jawab ayahku
”Semoga Allah merahmatimu, engkau menyebutnya ash-Shiddiq?” tanya orang itu keheranan.
”Celaka dirimu. Gelar ash-Shiddiq itu telah diberikan oleh seseorang yang lebih baik dari diriku dan dirimu, yaitu Rasulullah Saw, begitu pula Muhajirin dan Anshor. Maka, barang siapa tidak menyebut Beliau ash-Shiddiq, dia tidak dibenarkan oleh Allah Azza wa jalla”

Pernyataan Imam Ja’far Shodiq

Imam Ja’far Shadiq bin muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin husin bin Abi Thalib lahir pada tahun 80 H atau 83 H dan wafat tahun 148 H. Dari garis ayahnya beliau adalah cucu Rasulullah Saw, sedang dari garis ibunya beliau adalah cucu Khalifah Abu Bakar Shiddiq radhiyallaahu anhu. Ibu beliau adalah farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Shiddiq. Sedang ibunya Farwah bernama Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Shiddia. Karena itulah Imam Ja’far berkata, ” Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali”.

Zuhair bin Muawiyah menceritakan bahwa ayahnya, yaitu Muawiyah pernah berkata Imam Ja’far Shadiq sebagai berikut :

”Tetanggaku mengatakan bahwa engkau berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar ra, benarkah itu?” Beliau r.anhu menjawab, ” Allah berlepas diri dari tetanggamu. Demi Allah, sesungguhnya aku berharap Allah memberiku manfaat berkat hubungan kekerabatanku dengn Abu Bakar Shiddiq.”

Imam Ja’far berkata kepada Salim bin Abu Hafshah:

”hai Salim, akankah seorang cucu mencaci kakeknya?”
”Tidak” Jawab Salim.
”Abu Bakar adalah kakekku. Jika aku tidak mengangkat Abu Bakar dan Umar sebagai pemimpin dan tidak berlepas dr musuh keduanya, maka kelak di hari kiamat aku tidak akan mendapatkan syafaat Nabi Muahmmad” Ujar Imam Ja’far.

Ketika menjenguk Imam Ja’far yang sedang sakit, Salim bin Abu Hafshah mendengar beliau berkata :
”Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai Abu Bakar dan Umar serta mengakui keduanya sebaagi pemimpin (Khalifah). Jika di hatiku tersimpan keyakinan yang erlainan dengan ucapanku ini, maka jangan Engkau beri aku Syafaat Nabi Muhammad”

Pernyataan Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad

Dalam sebuah syairnya, ketika menceritakan kemuliaan para sahabt, Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad radiyallahu anhu berkata :

Para sahabat Nabi adalah imam-imam yangm mulia
Baik kaum muhajirin maupun Anshar para pembela
Merekalah bintang-bintang hidayah
Orang-orang mulia dan suka berderma
Mereka emban amanah dengan baik
Begitu pula pengikut mereka
Yang mendekatkan diri kepada Allah dengan baik
Serta mencontoh dan meneladani mereka
Mereka adalah kaum yg memperoleh hidayah Allah
Maka ikuti mereka selalu
Jagan sekali-kali melepaskan diri atau berpaling dr mereka
Sesungguhnya, mereka adalah tempat terbit hidayah
Dan mereka telah menyampaikan ilmu Qur’an dan sunnah
Maka, barang siapa mencaci mereka
Berarti ia telah menghancurkan pondasi agamanya
Dan menceburkan diri dalam (ganasnya)
Gelombang bid’ah dan kesesatan
Ketahuilah, setelah petunjuk al-Mushtofa dan sahabatnya
Tiada petunjuk lain
Setelah kebenaran, yang ada hanyalah kesesatan

Sikap Mereka Terhadap Syi’ah atau Rafidhah

Data-data di atas menunjukkan bahwa sikap Bani Alawi dan segenap leluhurnya hingga Nabi Muhammad Saw bersebrangan dengan aliran Syiah. Kesimpulan ini didukung oleh berbagai data yg terdapat dalam berbagai buku dan nasehat mereka. Dalam bukunya al-Barqah al-Masyiqah Habib Ali bin Abu Bakar as-Sakran r.a menulis :

”Adapun anak cucu Imam Syuhabuddin Ahmad bin Isa yang tiba di hadramaut dan kemudian tinggal di Tarim, mereka adalah Asyraf yang sunni”

Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad r.a dalam salah satu wejangannya bercerita :

Seorang penganut Syiah di madinah bertanya kepada salah seorang Sadah dari keluarga Bani Alawi ’Apa pendapatmu tentang Syiah dan Ibadhiah?” Ia menjawab :”Seperti kotoran hewan di belah dua”

Dalam kesempatan lain beliau r.a berkata :

Ahlu rifd (rafidhah:Syiah) adalah orang-orang yang bathil. Dalam segala hal mereka tidak disebut dan tidak dianggap.

(Demikian yang tertulis dalam buku karangan habib Novel al-Aydarus dr halaman 41-48)

Kemudian halaman 50-51 tertulis sebagai berikut :

Akidah Ahlussunnah Wal jamaah

Sejak awal Bani Alawi berakidah ahlussunnah wal jamaah, sebagaimana disampaikan oleh tokoh-tokoh mereka dr generasi ke generasi hingga saat ini.
Habib Abdullah bib Abu Bakar al-Aidarus dalam bukunya al-Kibritul Ahmar yang tidak lebih dr 23 ahalaman menuliskan satu bab khusus tenatang akidah ahlussunnah wal jamaah. Dalam buku tersebut belaiu r.a menulis :

Akidah Ahlussunah wal jamaah adalah sebagaimana terdapat dalam syair Syekh Abdullah bin Asad al-Yafi’i.

Berikut beberapa bait syair al-Yafi’i yang disebutkan oleh habib Abdullah bin Abu Bakar al-Aydarus r.a :

Sebaik-baik masa adalah masa sahabat
Urutan yang terbaik diantara mereka
Adalah tepat seperti yang mereka tetapkan
Mereka semua bintang-bintang yang membawa petunjuk
Semauanya adil dan murah hati
Kemuliaan mereka telah dikenal dan tak dapat dipungkiri
Dari mereka semua ash-shiddiqlah yang paling utama
Beliau seorang yang mulia
Sedangakn posisi keempat dalam kemuliaan
Dipegang oleh Ali
Yang memiliki keutamaan

No comments:

Post a Comment

Tentang Saya