Ketika Kholifah Ali bin Abi Tholib kw habis dipukul
dengan pedang oleh Abdurahman bin Muljam dan melihat luka yang
begitu parah, maka pengikutnya meminta kepada beliau agar
mengangkat Sayyidina Hasan ra sebagai Kholifah. Namun saat itu
Imam Ali kw tidak menyetujui permintaan tersebut dan beliau hanya
berkata:
Yang dimaksud oleh Kholifah Ali kw adalah, bahwa beliau tidak mau menunjuk seseorang sebagai Kholifah, dikarenakan mengikuti jejak Rosululloh SAW, dimana Rosululloh SAW tidak pernah menunjuk seseorang sebagai Kholifah.
Selanjutnya begitu Imam Ali kw wafat (syahid), tepatnya pada pertengahan bulan Romadhon tahun empat puluh Hijriyah pengikutnya bermusyawaroh dan setelah dua hari dari kemangkatan Imam Ali kw mereka sepakat mengangkat Sayyidina Hasan ra sebagai Kholifah.
Demikian proses pengangkatan Sayyidina Hasan ra sebagai Kholifah kelima, menggantikan Kholifah Ali bin Abi Tholib kw.
Tidak berapa lama, setelah Sayyidina Hasan ra dilantik sebagai Kholifah, para pengikutnya meminta kepadanya untuk menyerang Muawiyah di Syam.
Kemudian Kholifah Hasan ra.segera mempersiapkan pasukan, dan terkumpullah sebanyak dua belas ribu personel dan yang diangkat sebagai panglima adalah sepupu ayahnya yaitu Ubaidillah bin Abbas dan dibantu oleh orang-orang dekat ayahnya seperti Qais bin Saad Al-Anshory dan Said bin Qais.
Oleh karena ada berita bahwa Muawiyah dan pasukannya sudah berangkat dari Syam menuju Kufah dengan jumlah yang sangat besar, diperkirakan enam puluh ribu orang, maka Kholifah Hasan ra segera memerintahkan Ubaidillah dan pasukannya agar segera berangkat menuju Maskin, satu tempat antara Kufah dan Damaskus .
Pesan Kholifah Hasan ra kepada Ubaidillah bin Abbas dan anak buahnya sbb; Jangan menyerang sebelum diserang oleh pasukan Muawiyah. Kemudian apabila dalam pertempuran Ubaidillah bin Abbas gugur maka yang menggantikan sebagai panglima adalah Qais bin Saad dan apabila Qais juga gugur maka yang menggantikannya Said bin Qais.
Sepeninggal Ubaidillah dan pasukannya Kholifah Hasan ra segera mengajak penduduk Irak untuk bergabung bersamanya menghadapi Muawiyah dan pasukannya . Sehingga saat berhadapan dengan pasukan Muawiyah, dipihak Kholifah Hasan ra sudah berjumlah empat puluh ribu personel.
Namun apa yang terjadi, Muawiyah dengan segala kelihaiannya dapat mempengaruhi orang-orang yang ada dipihak Kholifah Hasan ra. Ubaidillah sendiri terpengaruh dengan bujuk rayu Muawiyah dan akhirnya dia melarikan diri membelot ke Muawiyah. Hal ini tentu membuat bekas anak buahnya kendor semangatnya untuk melawan musuh. Sehingga banyak dari pasukan Kholifah Hasan ra yang lari meninggalkan Maskan.
Melihat situasi yang tidak menggembirakan dan melihat akibat yang akan terjadi apabila dua pasukan ini sampai berperang, dimana korban yang akan berjatuhan dari kedua belah pihak akan mencapai jumlah yang sangat besar, maka Kholifah Hasan ra. yang dikenal arif lagi bijaksana serta lebih mementingkan perdamaian dari pada pertempuran, beliau berinisiatif untuk menyerahkan kepemimpinan umat islam saat itu kepada Muawiyah.
Kholifah Hasan ra. segera mengirim surat ke Muawiyah menyampaikan maksudnya, dengan catatan agar Kekholifahan setelah Muawiyah diserahkan Kepadanya. Dan Muawiyah dilarang mengangkat seseorang sebagai penggantinya, tapi menyerahkan kemajlis Syuro. Kemudian Muawiyah tidak boleh mengganggu orang-orangnya Imam Ali kw yang pernah memeranginya. Begitu pula agar Muawiyah memberikan dari Baitul Mal sejumlah uang untuk Ahlul Bait yang memang hak mereka.
Selesai membaca surat tersebut Muawiyah merasa senang sekali dan dia menerima syarat tersebut terkecuali sepuluh orang yang akan diambil tindakan. Namun Sayyidina Hasan ra menolak permintaan tersebut.
Mengetahui penolakan tersebut Muawiyah segera mengirim kertas putih yang sudah ditanda tanganinya, untuk diisi oleh Kholifah Hasan ra, sesuai dengan permintaannya tersebut.
Demikian proses penyerahan kekuasaan atau kekholifahan dari Sayyidina Hasan ke Muawiyah.
Kejadian atau perdamaian ini sekaligus membuktikan apa yang pernah disampaikan oleh Rosululloh SAW, dimana junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW pernah bersabda:
Selanjutnya dengan penyerahan kekuasaan dari Sayyidina Hasan ra ke Muawiyah yang terjadi pada pertengahan bulan Jumadil Awal tahun empat puluh satu Hijriyah ini, maka kekhalifahan selanjutnya dipegang oleh Sahabat Muawiyah. Umur Muawiyah saat itu enam puluh enam tahun, sedang umur Sayyidina Hasan tiga puluh delapan.
Dalam hal ini, seorang Ulama Ahlul Bait, yaitu Al Habib Abdulloh Alhaddad ra ketika ditanyakan kepadanya mengenai kekholifahan Muawiyah, beliau mengatakan dalam Mukatabat nya sbb;
Dengan penyerahan dan baiat Sayyidina Hasan ra. kepada Muawiyah, maka Kekhalifahan Muawiyah menjadi sah.
Dalam sejarah islam, tahun dimana terjadi perdamaian antara Sayyidina Hasan ra dan Muawiyah ini, disebut AAMUL JAMAAH. Karena pada saat itu Muslimin bersatu dibawah satu komando.
Selanjutnya setelah Sayyidina Hasan ra menyerahkan Kekholifahan kepada Muawiyah dan membaiatnya, beliau dan seluruh keluarganya segara meninggalkan Kufah dan kembali menetap di Madinah.
Hampir sepuluh tahun Sayyidina Hasan ra. tinggal diMadinah, dan waktunya banyak beliau habiskan dalam beribadah dan mengamalkan ilmunya.
Apabila beliau selesai sholat subuh, beliau selalu mampir ketempat istri istri Rosululloh SAW. Dan terkadang memberi mereka hadiah. Namun apabila beliau selesai sholat dhohor, beliau tetap duduk di Mas’jid mengajar, dan terkadang menambah ilmu dari para Sahabat Rosululloh SAW yang masih ada.
Akhirnya pada tanggal dua puluh delapan bulan sofar tahun lima puluh Hijriyah, Sayyidina Hasan ra pulang kerahmatulloh dalam usia empat puluh tujuh tahun dan dimakamkan dipemakaman umum Baqi’.
Bertindak selaku Imam dalam sholat jenazahnya adalah Said ibnul Ash, Kepala Daerah Madinah.
Mengenai kematian Sayyidina Hasan ra.ini, para ahli sejarah mengatakan, bahwa beliau wafat karena diracun. Adapun mengenai siapa yang meracuninya, maka kami tidak berani menuduh seseorang. Sebab apabila ada yang menuduh seseorang, maka besok dia akan dimintai pertanggungan jawab atas tuduhannya tersebut.
Sayyidina Hasan ra. sendiri ketika ditanyakan kepadanya mengenai orang yang meracuninya, beliau tidak berani menyebutkan nama orangnya. Dan apabila ulama-ulama Syi’ah berani menuduh istri Sayyidina Hasan ra yang meracuninya, maka kami tidak heran, jangankan istri Sayyidina Hasan ra, istri Rosululloh Saw dan para Sahabat yang Mubasysyarin Biljannah mereka tuduh bermacam-macam. Bahkan Rosululloh SAW. sendiri tidak luput dari tuduhan mereka.
لاَ اَمُرُكُمْ وَلاَ اَنْهَاكُمْ، اَتْرُكُكُمْ كَمَا تَرَكَكُمْ رَسُولُ الله
( رواه احمد )
Saya tidak memerintahkan kalian dan saya juga tidak melarang
kalian, saya tinggalkan kalian sebagaimana Rosululloh
meninggalkan kalian. ( H.R.
Ahmad )
Yang dimaksud oleh Kholifah Ali kw adalah, bahwa beliau tidak mau menunjuk seseorang sebagai Kholifah, dikarenakan mengikuti jejak Rosululloh SAW, dimana Rosululloh SAW tidak pernah menunjuk seseorang sebagai Kholifah.
Selanjutnya begitu Imam Ali kw wafat (syahid), tepatnya pada pertengahan bulan Romadhon tahun empat puluh Hijriyah pengikutnya bermusyawaroh dan setelah dua hari dari kemangkatan Imam Ali kw mereka sepakat mengangkat Sayyidina Hasan ra sebagai Kholifah.
Demikian proses pengangkatan Sayyidina Hasan ra sebagai Kholifah kelima, menggantikan Kholifah Ali bin Abi Tholib kw.
Tidak berapa lama, setelah Sayyidina Hasan ra dilantik sebagai Kholifah, para pengikutnya meminta kepadanya untuk menyerang Muawiyah di Syam.
Kemudian Kholifah Hasan ra.segera mempersiapkan pasukan, dan terkumpullah sebanyak dua belas ribu personel dan yang diangkat sebagai panglima adalah sepupu ayahnya yaitu Ubaidillah bin Abbas dan dibantu oleh orang-orang dekat ayahnya seperti Qais bin Saad Al-Anshory dan Said bin Qais.
Oleh karena ada berita bahwa Muawiyah dan pasukannya sudah berangkat dari Syam menuju Kufah dengan jumlah yang sangat besar, diperkirakan enam puluh ribu orang, maka Kholifah Hasan ra segera memerintahkan Ubaidillah dan pasukannya agar segera berangkat menuju Maskin, satu tempat antara Kufah dan Damaskus .
Pesan Kholifah Hasan ra kepada Ubaidillah bin Abbas dan anak buahnya sbb; Jangan menyerang sebelum diserang oleh pasukan Muawiyah. Kemudian apabila dalam pertempuran Ubaidillah bin Abbas gugur maka yang menggantikan sebagai panglima adalah Qais bin Saad dan apabila Qais juga gugur maka yang menggantikannya Said bin Qais.
Sepeninggal Ubaidillah dan pasukannya Kholifah Hasan ra segera mengajak penduduk Irak untuk bergabung bersamanya menghadapi Muawiyah dan pasukannya . Sehingga saat berhadapan dengan pasukan Muawiyah, dipihak Kholifah Hasan ra sudah berjumlah empat puluh ribu personel.
Namun apa yang terjadi, Muawiyah dengan segala kelihaiannya dapat mempengaruhi orang-orang yang ada dipihak Kholifah Hasan ra. Ubaidillah sendiri terpengaruh dengan bujuk rayu Muawiyah dan akhirnya dia melarikan diri membelot ke Muawiyah. Hal ini tentu membuat bekas anak buahnya kendor semangatnya untuk melawan musuh. Sehingga banyak dari pasukan Kholifah Hasan ra yang lari meninggalkan Maskan.
Melihat situasi yang tidak menggembirakan dan melihat akibat yang akan terjadi apabila dua pasukan ini sampai berperang, dimana korban yang akan berjatuhan dari kedua belah pihak akan mencapai jumlah yang sangat besar, maka Kholifah Hasan ra. yang dikenal arif lagi bijaksana serta lebih mementingkan perdamaian dari pada pertempuran, beliau berinisiatif untuk menyerahkan kepemimpinan umat islam saat itu kepada Muawiyah.
Kholifah Hasan ra. segera mengirim surat ke Muawiyah menyampaikan maksudnya, dengan catatan agar Kekholifahan setelah Muawiyah diserahkan Kepadanya. Dan Muawiyah dilarang mengangkat seseorang sebagai penggantinya, tapi menyerahkan kemajlis Syuro. Kemudian Muawiyah tidak boleh mengganggu orang-orangnya Imam Ali kw yang pernah memeranginya. Begitu pula agar Muawiyah memberikan dari Baitul Mal sejumlah uang untuk Ahlul Bait yang memang hak mereka.
Selesai membaca surat tersebut Muawiyah merasa senang sekali dan dia menerima syarat tersebut terkecuali sepuluh orang yang akan diambil tindakan. Namun Sayyidina Hasan ra menolak permintaan tersebut.
Mengetahui penolakan tersebut Muawiyah segera mengirim kertas putih yang sudah ditanda tanganinya, untuk diisi oleh Kholifah Hasan ra, sesuai dengan permintaannya tersebut.
Demikian proses penyerahan kekuasaan atau kekholifahan dari Sayyidina Hasan ke Muawiyah.
Kejadian atau perdamaian ini sekaligus membuktikan apa yang pernah disampaikan oleh Rosululloh SAW, dimana junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW pernah bersabda:
Sesungguhnya
anakku ini pemimpin, dan kelak Alloh melaluinya akan
mendamaikan antara dua kelompok besar dari kaum Muslimin.
Melihat perdamaian ini ada beberapa orang yang mengaku sebagai
Syi’ahnya Sayyidina Hasan ra. marah dan mengatakan atau menjuluki
Sayyidina Hasan ra dengan sebutan;
يَاعَارُ المُؤْمِنِينْ
Wahai orang yang membuat wirangnya kaum Mu’minin
Mendengar kata-kata yang tidak baik itu Sayyidina Hasan ra menjawab;
اَلْعَارْ خَيْرٌ مِنَ النَّارْ
(الاصابة لابن حجر فى ترجمة الحسن، والبداية والنهاية)
Wirang itu lebih baik dari api Neraka
Tidak lama lagi datanglah kepada Sayyidina Hasan ra seorang yang
bernama Aba Amir Sufyan bin Laila dan berkata;
يَا مُذِ لُّ المُؤْمِنِينْ
Hai orang yang membawa penghinaan bagi kaum Mu’minin.
Sayyidina Hasan ra segera menjawab:
Hai
Aba Amir aku bukan orang yang membuat Kaum Mukminin dihinakan,
tapi aku tidak mau mencari kekuasaan dengan mengorbankan mereka.
Selanjutnya dengan penyerahan kekuasaan dari Sayyidina Hasan ra ke Muawiyah yang terjadi pada pertengahan bulan Jumadil Awal tahun empat puluh satu Hijriyah ini, maka kekhalifahan selanjutnya dipegang oleh Sahabat Muawiyah. Umur Muawiyah saat itu enam puluh enam tahun, sedang umur Sayyidina Hasan tiga puluh delapan.
Dalam hal ini, seorang Ulama Ahlul Bait, yaitu Al Habib Abdulloh Alhaddad ra ketika ditanyakan kepadanya mengenai kekholifahan Muawiyah, beliau mengatakan dalam Mukatabat nya sbb;
Dengan penyerahan dan baiat Sayyidina Hasan ra. kepada Muawiyah, maka Kekhalifahan Muawiyah menjadi sah.
Dalam sejarah islam, tahun dimana terjadi perdamaian antara Sayyidina Hasan ra dan Muawiyah ini, disebut AAMUL JAMAAH. Karena pada saat itu Muslimin bersatu dibawah satu komando.
Selanjutnya setelah Sayyidina Hasan ra menyerahkan Kekholifahan kepada Muawiyah dan membaiatnya, beliau dan seluruh keluarganya segara meninggalkan Kufah dan kembali menetap di Madinah.
Hampir sepuluh tahun Sayyidina Hasan ra. tinggal diMadinah, dan waktunya banyak beliau habiskan dalam beribadah dan mengamalkan ilmunya.
Apabila beliau selesai sholat subuh, beliau selalu mampir ketempat istri istri Rosululloh SAW. Dan terkadang memberi mereka hadiah. Namun apabila beliau selesai sholat dhohor, beliau tetap duduk di Mas’jid mengajar, dan terkadang menambah ilmu dari para Sahabat Rosululloh SAW yang masih ada.
Akhirnya pada tanggal dua puluh delapan bulan sofar tahun lima puluh Hijriyah, Sayyidina Hasan ra pulang kerahmatulloh dalam usia empat puluh tujuh tahun dan dimakamkan dipemakaman umum Baqi’.
Bertindak selaku Imam dalam sholat jenazahnya adalah Said ibnul Ash, Kepala Daerah Madinah.
Mengenai kematian Sayyidina Hasan ra.ini, para ahli sejarah mengatakan, bahwa beliau wafat karena diracun. Adapun mengenai siapa yang meracuninya, maka kami tidak berani menuduh seseorang. Sebab apabila ada yang menuduh seseorang, maka besok dia akan dimintai pertanggungan jawab atas tuduhannya tersebut.
Sayyidina Hasan ra. sendiri ketika ditanyakan kepadanya mengenai orang yang meracuninya, beliau tidak berani menyebutkan nama orangnya. Dan apabila ulama-ulama Syi’ah berani menuduh istri Sayyidina Hasan ra yang meracuninya, maka kami tidak heran, jangankan istri Sayyidina Hasan ra, istri Rosululloh Saw dan para Sahabat yang Mubasysyarin Biljannah mereka tuduh bermacam-macam. Bahkan Rosululloh SAW. sendiri tidak luput dari tuduhan mereka.
No comments:
Post a Comment