Para ulama berselisih pendapat di dalam menjelaskan siapa saja Aalul Bayt
Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam. Pendapat-pendapat yang
masyhur adalah:
1) Ahlul Bait adalah mereka yang diharamkan menerima harta sedekah. Ini
pendapat Jumhur Ulama.
2) Mereka adalah anak cucu Nabi shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam, dan
istri-istri beliau. Pendapat ini dikeluarkan oleh Ibnul Arabi di dalam "Ahkaamu
al Quran", dan beliau mempertahankan pendapat tersebut. Ada juga yang
berpendapat dengan pendapat ini dengan mengeluarkan istri-istri Nabi SAW
dari predikat Aalul Bayt.
3) Yang dimaksud dengan Ahlul Bait Nabi shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam,
adalah pengikut-pengikut beliau sampai Hari Kiamat. Pendapat tersebut
dipertahankan Imam an-Nawawi di dalam penjelasannya terhadap kitab
Shahih Muslim dan penyusun kitab "Al Inshaaf". Ada juga ulama yang
membatasi ahlul bait hanyalah orang-orang yang bertakwa saja, yang
mengikuti Nabi Pilihan shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam.
Tetapi pendapat yang paling kuat adalah yang pertama.
SIAPAKAH MEREKA YANG DIHARAMKAN MENERIMA SEDEKAH
Mereka adalah bani Hasyim dan bani Abdul Muthalib. Pendapat ini
merupakan pendapat yang kuat. Seperti itu pulalah pendapat Ulama Jumhur.
Ada juga ulama yang membatasinya sebatas Bani Hasyim saja, tidak termasuk
Bani Abdul Muthalib.
Dalam pandangan Syi'ah Imamiyah Itsna Asyariyyah, yang dimaksud dengan
Ahlul Bait Nabi shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam adalah para imam yang berjumlah dua belas saja. Mereka menjelaskannya panjang lebar dan tidak
mungkin kita sertakan di sini. Dalam Syi’ah terjadi perbedaan besar antara
kelompok-kelompok Syi’ah menyangkut masalah ini. Karena itulah timbul
perpecahan dalam Syi’ah. Silahkan baca kitab berjudul "Firaqu asy-Syii'ah” oleh
An Naubakhti.
RINCIAN TENTANG HAK-HAK MEREKA
Rincian hak-hak mereka adalah sebagai berikut:
Pertama hak-hak cinta dan kewalian.
Pembaca budiman...
Tentu sudah Anda maklumi, bahwa mencintai setiap mukmin maupun
mukminah adalah wajib menurut syariat. Sebagaimana sudah dijelaskan
sebelumnya tentang mencintai dan kewalian kepada Ahlul Bait Rasulullah
shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam. Sikap kecintaan dan kewalian ini bersifat
khusus dan tidak dapat disamakan dengan yang lain, yaitu atas dasar sabda
beliau SAW: "karena mereka adalah kerabatku."
Adapun yang paling utama, yaitu (cinta) semata-mata karena Allah. Termasuk
di dalamnya persaudaraan dan perwalian seiman serta cinta kepada seluruh
muslimin secara umum. Sebab seorang muslim adalah saudara seiman.
Dengan begitu mencakup seluruh kaum muslimin termasuk Ahlul Bait
Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam. Lalu Nabi SAW menetapkan
kecintaan yang bersifat khusus bagi kerabat beliau, yang didasarkan atas
hubungan kekerabatan mereka dengan Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi
wa sallam. Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali
hendaknya kalian menghormati hubungan kekerabatanku dengan kalian semua." (QS:
Asy-Syuura 23)
Inilah makna dari hadits yang sesuai dengan pemahaman yang sesungguhnya
di dalam ayat tersebut. Sebab, ada di kalangan ahli-ahli tafsir yang
mengatakan: "Kalian mencintaiku karena hubungan kekerabatanku dengan
kalian." Sebab Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam, beliau mempunyai hubungan pada seluruh cabang kabilah Quraisy. Maksudnya;
mencintai dan menghormati mereka adalah karena kekerabatan mereka
kepada Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam. Dan itu bukan
merupakan kewalian yang bersifat umum kepada setiap muslim.
Kedua: Hak Shalawat atas Mereka
Demikian pula soal bershalawat kepada mereka. Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orangorang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
kepadanya". (QS: Al Ahzab 56)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shahihnya, dari Abu Mas'ud al
Anshari r.a., ia berkata: "Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam
menghampiriku di majelis Sa'ad bin Ubadah. Lalu Bisyir bin Sa'ad berkata
kepada beliau: "Allah Ta'ala telah memerintahkan kepada kami agar
bershalawat kepadamu wahai Rasulullah. Bagaimanakah cara kami
bershalawat?"
Katanya: "Lalu Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam diam, sehingga
kami memandang beliau, sehingga kami menyesal telah menanyai beliau.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Ucapkanlah ALLAAHUMMA SHOLLI
'ALAA MUHAMADIN WA 'ALAA AALI MUHAMMADIN KAMAA
SHOLLAITA 'ALAA IBRAAHIIM. WA BAARIK 'ALAA MUHAMMADIN WA
'ALAA AALI MUHAMMADIN KAMAA BARAKTA 'ALAA IBRAAHIIM, FIL
'AALAMIINA INNAKA HAMIIDUM MAJIID”
(Wahai Allah, karuniakanlah kiranya shalawat kepada Muhammad dan Aalu
Muhammad sebagaimana shalawat yang telah Engkau karuniakan kepada
Ibrahim. Dan karuniakan pulalah kiranya berkah kepada Muhammad beserta Aalu Muhammad sebagaimana berkah yang telah Engkau karuniakan kepada
Ibrahim. Di semesta alam ini, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha
Tersanjung).
Sedang cara mengucapkan salam adalah sebagaimana telah Anda pahami!"(14).
Seperti itu juga hadits Abu Hamid as Sa'idi yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim. Dalil tentang masalah ini sangat banyak. Ibnul Qayyim
rahimahullah menjelaskan: "Sebenarnya shalawat tersebut adalah hak khusus
bagi mereka, tidak mencakup seluruh kaum muslimin, para imam tidak
berbeda pendapat dalam masalah ini." (15).
Shalawat seperti ini dikenal dengan Shalawat Ibrahimiyyah.
PENUTUP
Segala puji bagi Allah, Yang telah mengaruniakan kepada kita rasa cinta
kepada Nabi SAW, keluarga beliau orang-orang mulia, dan juga para sahabat
beliau orang-orang bijak.
Pembaca tercinta...
Setelah kita hidup bersama-sama dengan Ahlul Bait Rasulullah yang suci
(kiranya shalawat serta salam terlimpah kepada mereka semua), dan juga
bersama para sahabat beliau SAW yang bijak (kiranya mereka semua diridhlai
Allah Ta'ala)... setelah kita hidup bersama mereka dan memahami jalinan kasih
sayang di antara sesama mereka, baik dalam wujud silaturrahim, periparan,
saling menyayang, persaudaraan, maupun keterpaduan hati, sebagaimana
ditegaskan oleh Allah di dalam al Quranul Karim….
Maka kita harus bersungguh-sungguh memohon kepada Allah, Rabb semesta
alam, kiranya berkenan membimbing diri kita ke jalan yang disukai dan
diridhai-Nya. Agar menjadikan diri kita termasuk ke dalam golongan
sebagaimana dinyatakan dalam Kitab-Nya yang mulia. Ketika sesudah memuji
kepada orang-orang Muhajirin dan Anshar, lalu Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka
berdoa: "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".(QS: Al Hasyr 10).
Sebagaimana ditegaskan oleh Zainal Abidin (a.s.): "Pernah ada sejumlah orang
dari Irak datang kepada Imam, lalu mereka berkata: "Mereka mencela Abu
Bakar, Umar, dan Utsman (radhiyallahu 'anhum)...” Ketika mereka selesai berbicara, beliau berkata kepada mereka: "Maukah kalian menjelaskan kepada
saya, apakah kalian termasuk orang-orang yang digelari "Al Muhaji-ruuna Al
Awwaluun" yang terusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka
karena mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya?"
Mereka menjawab: "Bukan !"
Beliau kembali bertanya: "Apakah kalian termasuk orang-orang Anshar yang
telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum kedatangan
Muhajirin? Padahal mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.
Mereka juga tiada menaruh keinginan dalam hati terhadap apa-apa yang
diberikan kepada kaum Muhajirin. Mereka mengutamakan orang-orang
Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan perlu?"
Mereka menjawab: "Bukan!"
Beliau berkata: "Kalian sendiri sudah mengakui tidak tergolong salah satu dari
kedua golongan tersebut itu. Saya pun bersaksi, bahwa kalian bukan tergolong
orang-orang yang dinyatakan oleh Allah:
"Mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang
telah beriman lebih dahulu dari kami. Janganlah Engkau membiarkan kedengkian
dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman."
Menjauhlah kalian dari diriku, karena Allah akan menurunkan siksa terhadap
kalian." (Kitab "Kasyful Ghummah"; juz 2; hal. 78; edisi Iran).
Meskipun bukti kebenaran telah jelas dan gamblang serta hujjah telah
ditegakkan, seseorang tidak mungkin terlepas dari Padukanya Yang
Mahamulia lagi Mahatinggi. Sebagaimana dimaklumi, Allah 'Azza wa Jalla
yang telah menolong Rasul -shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam-dengan
mukjizat gemilang dan dengan al Quranul Karim yang disebut oleh Allah
sebagai "Cahaya yang Nyata" (Nuurul Mubiin), serta didukung budi pekerti
luhur Rasul -shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam-. Ditambah lagi dengan kekuatan penjelasan beliau, kefasihan, penampilan dan perkataan yang benar,
serta beliau memahami karakter penduduk Mekah sejak masih kanak-kanak
sampai masa beliau diutus menjadi Rasul. Dalam kondisi demikian pun, masih
banyak dari kalangan penduduk Mekah yang masih tetap kafir sampai
datangnya Fathu Makkah. Oleh karena itu, kita wajib bersungguh-sungguh
dalam berdoa, memohon petunjuk dan keteguhan di atas kebenaran. Kita wajib
untuk tetap mengikuti kebenaran bagaimana pun situasinya. Sebab hidayah
hanya datang dari sisi Allah 'Azza wa Jalla.
Saudaraku budiman...
Ingatlah, bahwa diri Anda dituntut untuk melaksanakan seluruh perintah
Allah. Allah akan meminta tanggung jawab seluruh perbuatan Anda. Oleh
karena itu, jangan sampai Anda memegang ucapan seorang lebih dari
memegang firman Allah SWT. Sebab, Allah telah menurunkan al Quran
kepada Anda dengan bahasa Arab yang jelas. Allah juga telah menjadikan al
Quran selaku petunjuk dan penawar bagi orang-orang beriman. Menjadikan Al
Qur’an tertutup bagi selain orang-orang beriman. Sebagaimana hal itu
dijelaskan oleh Allah SWT:
"Katakanlah: "al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang
yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada
sumbatan, sedang al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka." (QS: Fushshilat
44).
Oleh karena itu, carilah petunjuk dari al Quran ini. Semoga Allah mengaruniakan bimbingan kepada Anda ke arah yang diridhaiNya.
Saudaraku yang diberkahi...
Perhitungan amal baik buruk tiap-tiap orang berada di sisi Allah SWT,
sedangkan manusia tidak berhak untuk itu. Bahkan syafaat yang diberikan
bagi orang-orang shalih pun memiliki berbagai persyaratan. Wajib bagi kita
untuk menghindarkan diri dari sikap lancang terhadap Allah SWT dalam
menghukumi hamba-Nya.
Kita tidak akan rugi jika mencintai Ahlul Bait Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa
aalihi wa sallam dan juga sekaligus menyayangi para sahabat-sahabat Nabi
(radhliyallahu ajma'in). Bahkan sikap itulah yang sesuai dengan Al Quranul
Karim dan hadits-hadits yang shahih.
Renungkanlah!
Pada akhirnya, hendaklah kita bersungguh-sungguh berdoa kepada Allah
SWT, agar mencabut perasaan benci dari hati kita terhadap para sahabat Nabi.
Kita juga berdoa semoga Allah memperjelas kepada kita jalan kebenaran.
Semoga Allah berkenan membantu diri kita menghadapi setan. Sesungguhnya
Dialah Sang Pelindung dan hanya Dia yang dapat membantu kita.
Allah-lah yang lebih mengetahuinya.
Semoga shalawat serta salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, para
keluarga beliau, dan juga para sahabat beliau.
Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam. Pendapat-pendapat yang
masyhur adalah:
1) Ahlul Bait adalah mereka yang diharamkan menerima harta sedekah. Ini
pendapat Jumhur Ulama.
2) Mereka adalah anak cucu Nabi shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam, dan
istri-istri beliau. Pendapat ini dikeluarkan oleh Ibnul Arabi di dalam "Ahkaamu
al Quran", dan beliau mempertahankan pendapat tersebut. Ada juga yang
berpendapat dengan pendapat ini dengan mengeluarkan istri-istri Nabi SAW
dari predikat Aalul Bayt.
3) Yang dimaksud dengan Ahlul Bait Nabi shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam,
adalah pengikut-pengikut beliau sampai Hari Kiamat. Pendapat tersebut
dipertahankan Imam an-Nawawi di dalam penjelasannya terhadap kitab
Shahih Muslim dan penyusun kitab "Al Inshaaf". Ada juga ulama yang
membatasi ahlul bait hanyalah orang-orang yang bertakwa saja, yang
mengikuti Nabi Pilihan shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam.
Tetapi pendapat yang paling kuat adalah yang pertama.
SIAPAKAH MEREKA YANG DIHARAMKAN MENERIMA SEDEKAH
Mereka adalah bani Hasyim dan bani Abdul Muthalib. Pendapat ini
merupakan pendapat yang kuat. Seperti itu pulalah pendapat Ulama Jumhur.
Ada juga ulama yang membatasinya sebatas Bani Hasyim saja, tidak termasuk
Bani Abdul Muthalib.
Dalam pandangan Syi'ah Imamiyah Itsna Asyariyyah, yang dimaksud dengan
Ahlul Bait Nabi shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam adalah para imam yang berjumlah dua belas saja. Mereka menjelaskannya panjang lebar dan tidak
mungkin kita sertakan di sini. Dalam Syi’ah terjadi perbedaan besar antara
kelompok-kelompok Syi’ah menyangkut masalah ini. Karena itulah timbul
perpecahan dalam Syi’ah. Silahkan baca kitab berjudul "Firaqu asy-Syii'ah” oleh
An Naubakhti.
RINCIAN TENTANG HAK-HAK MEREKA
Rincian hak-hak mereka adalah sebagai berikut:
Pertama hak-hak cinta dan kewalian.
Pembaca budiman...
Tentu sudah Anda maklumi, bahwa mencintai setiap mukmin maupun
mukminah adalah wajib menurut syariat. Sebagaimana sudah dijelaskan
sebelumnya tentang mencintai dan kewalian kepada Ahlul Bait Rasulullah
shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam. Sikap kecintaan dan kewalian ini bersifat
khusus dan tidak dapat disamakan dengan yang lain, yaitu atas dasar sabda
beliau SAW: "karena mereka adalah kerabatku."
Adapun yang paling utama, yaitu (cinta) semata-mata karena Allah. Termasuk
di dalamnya persaudaraan dan perwalian seiman serta cinta kepada seluruh
muslimin secara umum. Sebab seorang muslim adalah saudara seiman.
Dengan begitu mencakup seluruh kaum muslimin termasuk Ahlul Bait
Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam. Lalu Nabi SAW menetapkan
kecintaan yang bersifat khusus bagi kerabat beliau, yang didasarkan atas
hubungan kekerabatan mereka dengan Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi
wa sallam. Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali
hendaknya kalian menghormati hubungan kekerabatanku dengan kalian semua." (QS:
Asy-Syuura 23)
Inilah makna dari hadits yang sesuai dengan pemahaman yang sesungguhnya
di dalam ayat tersebut. Sebab, ada di kalangan ahli-ahli tafsir yang
mengatakan: "Kalian mencintaiku karena hubungan kekerabatanku dengan
kalian." Sebab Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam, beliau mempunyai hubungan pada seluruh cabang kabilah Quraisy. Maksudnya;
mencintai dan menghormati mereka adalah karena kekerabatan mereka
kepada Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam. Dan itu bukan
merupakan kewalian yang bersifat umum kepada setiap muslim.
Kedua: Hak Shalawat atas Mereka
Demikian pula soal bershalawat kepada mereka. Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orangorang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
kepadanya". (QS: Al Ahzab 56)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shahihnya, dari Abu Mas'ud al
Anshari r.a., ia berkata: "Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam
menghampiriku di majelis Sa'ad bin Ubadah. Lalu Bisyir bin Sa'ad berkata
kepada beliau: "Allah Ta'ala telah memerintahkan kepada kami agar
bershalawat kepadamu wahai Rasulullah. Bagaimanakah cara kami
bershalawat?"
Katanya: "Lalu Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam diam, sehingga
kami memandang beliau, sehingga kami menyesal telah menanyai beliau.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Ucapkanlah ALLAAHUMMA SHOLLI
'ALAA MUHAMADIN WA 'ALAA AALI MUHAMMADIN KAMAA
SHOLLAITA 'ALAA IBRAAHIIM. WA BAARIK 'ALAA MUHAMMADIN WA
'ALAA AALI MUHAMMADIN KAMAA BARAKTA 'ALAA IBRAAHIIM, FIL
'AALAMIINA INNAKA HAMIIDUM MAJIID”
(Wahai Allah, karuniakanlah kiranya shalawat kepada Muhammad dan Aalu
Muhammad sebagaimana shalawat yang telah Engkau karuniakan kepada
Ibrahim. Dan karuniakan pulalah kiranya berkah kepada Muhammad beserta Aalu Muhammad sebagaimana berkah yang telah Engkau karuniakan kepada
Ibrahim. Di semesta alam ini, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha
Tersanjung).
Sedang cara mengucapkan salam adalah sebagaimana telah Anda pahami!"(14).
Seperti itu juga hadits Abu Hamid as Sa'idi yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim. Dalil tentang masalah ini sangat banyak. Ibnul Qayyim
rahimahullah menjelaskan: "Sebenarnya shalawat tersebut adalah hak khusus
bagi mereka, tidak mencakup seluruh kaum muslimin, para imam tidak
berbeda pendapat dalam masalah ini." (15).
Shalawat seperti ini dikenal dengan Shalawat Ibrahimiyyah.
PENUTUP
Segala puji bagi Allah, Yang telah mengaruniakan kepada kita rasa cinta
kepada Nabi SAW, keluarga beliau orang-orang mulia, dan juga para sahabat
beliau orang-orang bijak.
Pembaca tercinta...
Setelah kita hidup bersama-sama dengan Ahlul Bait Rasulullah yang suci
(kiranya shalawat serta salam terlimpah kepada mereka semua), dan juga
bersama para sahabat beliau SAW yang bijak (kiranya mereka semua diridhlai
Allah Ta'ala)... setelah kita hidup bersama mereka dan memahami jalinan kasih
sayang di antara sesama mereka, baik dalam wujud silaturrahim, periparan,
saling menyayang, persaudaraan, maupun keterpaduan hati, sebagaimana
ditegaskan oleh Allah di dalam al Quranul Karim….
Maka kita harus bersungguh-sungguh memohon kepada Allah, Rabb semesta
alam, kiranya berkenan membimbing diri kita ke jalan yang disukai dan
diridhai-Nya. Agar menjadikan diri kita termasuk ke dalam golongan
sebagaimana dinyatakan dalam Kitab-Nya yang mulia. Ketika sesudah memuji
kepada orang-orang Muhajirin dan Anshar, lalu Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka
berdoa: "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".(QS: Al Hasyr 10).
Sebagaimana ditegaskan oleh Zainal Abidin (a.s.): "Pernah ada sejumlah orang
dari Irak datang kepada Imam, lalu mereka berkata: "Mereka mencela Abu
Bakar, Umar, dan Utsman (radhiyallahu 'anhum)...” Ketika mereka selesai berbicara, beliau berkata kepada mereka: "Maukah kalian menjelaskan kepada
saya, apakah kalian termasuk orang-orang yang digelari "Al Muhaji-ruuna Al
Awwaluun" yang terusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka
karena mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya?"
Mereka menjawab: "Bukan !"
Beliau kembali bertanya: "Apakah kalian termasuk orang-orang Anshar yang
telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum kedatangan
Muhajirin? Padahal mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.
Mereka juga tiada menaruh keinginan dalam hati terhadap apa-apa yang
diberikan kepada kaum Muhajirin. Mereka mengutamakan orang-orang
Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan perlu?"
Mereka menjawab: "Bukan!"
Beliau berkata: "Kalian sendiri sudah mengakui tidak tergolong salah satu dari
kedua golongan tersebut itu. Saya pun bersaksi, bahwa kalian bukan tergolong
orang-orang yang dinyatakan oleh Allah:
"Mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang
telah beriman lebih dahulu dari kami. Janganlah Engkau membiarkan kedengkian
dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman."
Menjauhlah kalian dari diriku, karena Allah akan menurunkan siksa terhadap
kalian." (Kitab "Kasyful Ghummah"; juz 2; hal. 78; edisi Iran).
Meskipun bukti kebenaran telah jelas dan gamblang serta hujjah telah
ditegakkan, seseorang tidak mungkin terlepas dari Padukanya Yang
Mahamulia lagi Mahatinggi. Sebagaimana dimaklumi, Allah 'Azza wa Jalla
yang telah menolong Rasul -shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam-dengan
mukjizat gemilang dan dengan al Quranul Karim yang disebut oleh Allah
sebagai "Cahaya yang Nyata" (Nuurul Mubiin), serta didukung budi pekerti
luhur Rasul -shalallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam-. Ditambah lagi dengan kekuatan penjelasan beliau, kefasihan, penampilan dan perkataan yang benar,
serta beliau memahami karakter penduduk Mekah sejak masih kanak-kanak
sampai masa beliau diutus menjadi Rasul. Dalam kondisi demikian pun, masih
banyak dari kalangan penduduk Mekah yang masih tetap kafir sampai
datangnya Fathu Makkah. Oleh karena itu, kita wajib bersungguh-sungguh
dalam berdoa, memohon petunjuk dan keteguhan di atas kebenaran. Kita wajib
untuk tetap mengikuti kebenaran bagaimana pun situasinya. Sebab hidayah
hanya datang dari sisi Allah 'Azza wa Jalla.
Saudaraku budiman...
Ingatlah, bahwa diri Anda dituntut untuk melaksanakan seluruh perintah
Allah. Allah akan meminta tanggung jawab seluruh perbuatan Anda. Oleh
karena itu, jangan sampai Anda memegang ucapan seorang lebih dari
memegang firman Allah SWT. Sebab, Allah telah menurunkan al Quran
kepada Anda dengan bahasa Arab yang jelas. Allah juga telah menjadikan al
Quran selaku petunjuk dan penawar bagi orang-orang beriman. Menjadikan Al
Qur’an tertutup bagi selain orang-orang beriman. Sebagaimana hal itu
dijelaskan oleh Allah SWT:
"Katakanlah: "al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang
yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada
sumbatan, sedang al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka." (QS: Fushshilat
44).
Oleh karena itu, carilah petunjuk dari al Quran ini. Semoga Allah mengaruniakan bimbingan kepada Anda ke arah yang diridhaiNya.
Saudaraku yang diberkahi...
Perhitungan amal baik buruk tiap-tiap orang berada di sisi Allah SWT,
sedangkan manusia tidak berhak untuk itu. Bahkan syafaat yang diberikan
bagi orang-orang shalih pun memiliki berbagai persyaratan. Wajib bagi kita
untuk menghindarkan diri dari sikap lancang terhadap Allah SWT dalam
menghukumi hamba-Nya.
Kita tidak akan rugi jika mencintai Ahlul Bait Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa
aalihi wa sallam dan juga sekaligus menyayangi para sahabat-sahabat Nabi
(radhliyallahu ajma'in). Bahkan sikap itulah yang sesuai dengan Al Quranul
Karim dan hadits-hadits yang shahih.
Renungkanlah!
Pada akhirnya, hendaklah kita bersungguh-sungguh berdoa kepada Allah
SWT, agar mencabut perasaan benci dari hati kita terhadap para sahabat Nabi.
Kita juga berdoa semoga Allah memperjelas kepada kita jalan kebenaran.
Semoga Allah berkenan membantu diri kita menghadapi setan. Sesungguhnya
Dialah Sang Pelindung dan hanya Dia yang dapat membantu kita.
Allah-lah yang lebih mengetahuinya.
Semoga shalawat serta salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, para
keluarga beliau, dan juga para sahabat beliau.
No comments:
Post a Comment