Menurut riwayat, Muhammad ibnu Abdul Wahhab ini dilahirkan di perkampungan ‘Uyainah dibagian selatan kota Najd
( Saudi Arabia) tahun 1703 masehi dan wafat tahun 1792 masehi, ia
mengaku sebagai salah satu penerus ajaran Ibnu Taimiyyah. Pengikut
akidah dia ini dikenal sekarang dengan nama ‘golongan Wahabi atau dikenal juga dengan Salafi
’. Nama Wahabi atau al-Wahabiyyah kelihatan dihubungkan kepada
nama imamnya yaitu Muhammad ‘Abd al-Wahhab al-Najdi. Ia tidak dinamakan
golongan/madzhab al-Muhammadiyyah, tidak lain bertujuan untuk membedakan
diantara para pengikut Nabi Muhammad saw lainnya dengan pengikut
madzhab mereka, dan juga bertujuan untuk menghalangi segala bentuk
eksploitasi (istighlal). Penganut madzhab Wahabi sendiri menolak untuk
dijuluki sebagai penganut madzhab Wahabi dan mereka menggelarkan diri
mereka sebagai golongan al-Muwahhidun (unitarians) atau madzhab Salafus Sholeh atau Salafi (pengikut kaum Salaf), karena –menurut mereka– ingin mengembalikan ajaran-ajaran tauhid kedalam Islam dan kehidupan murni menurut sunnah Rasulullah saw.
Al-Allamah Sayid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin As-Sayid Abdullah Al-Haddad Ba' Alawi didalam kitabnya Jalaa' uzh zhalaam firrarrdil Ladziiadhallal 'awaam"
– yang menolak paham wahabi– beliau r a menyebutkan sejumlah hadits,
diantaranya ialah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin abdul Muthalib
ra: "Akan keluar di abad ke- 12H nanti (Muhammad bin Abdul Wahhab lahir
1115–H / tepat abad 12H ) dilembah Bany Hanifah seorang
lelaki, tingkahnya seperti pemberontak, senantiasa menjilat (kepada
penguasa Sa'ud ) dan menjatuhkan dalam kesusahan, pada zaman
kehidupannya banyak kacau-balau, menghalalkan harta manusia yang diambil
untuk berdagang dan menghalalkan darah manusia, dibunuhnya manusia
untuk kesombongan, dan ini adalah fitnah, didalamnya orang-orang yang
hina dan rendah menjadi mulia (yaitu para petualang & penyamun
digurun pasir), hawa nafsu mereka saling berlomba tidak ubahnya seperti
berlombanya (ma’ af) anjing dengan pemiliknya".
Kemudian didalam kitab tersebut Sayid Alwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahhab
dari Tamim. Oleh sebab itu hadits tersebut mengandung suatu pengertian
bahwa (Muhamad) Ibnu Abdul Wahhab adalah orang yang datang dari ujung
Tamim, dialah yang diterangkan hadits Nabi Shollallohu ‘alaihiwa sallam
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Sa'id Al-Khudri r a bahwa
NabiShollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya diujung
negeri ini ada kelompok kaum yang membaca Al Qur'an, namun tidak sampai
melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama seperti anak
panah keluar dari busurnya, mereka membunuh pemeluk Islam dan mengundang
berhala-berhala, seandainya aku menjumpai mereka tentulah aku akan
membunuh mereka seperti dibunuhnya kaum 'Ad".
Hadits yang
diriwayatkan oleh Abubakar ra., didalamnya disebutkan Bany Hanifah, kaum
Musailamah Al-Kadzdzab, beliau Shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata:
"Sesungguhnya lembah pegunungan mereka senantiasa menjadi lembah fitnah
hingga akhir masa dan senantiasa terdapat fitnah dari para pembohong
mereka sampai hari kiamat". Dalam riwayat lain disebutkan, "Celaka- lah
Yamamah, celaka karena tidak ada pemisah baginya"
Di dalam kitab Misykatul Mashabih terdapat
suatu hadits sebagai berikut: "Diakhir zaman nanti akan ada suatu kaum
yang akan membicarakan kamu tentang apa-apa yang belum pernah kamu
mendengarnya, begitu juga (belum pernah) bapak-bapak
kamu (mendengarnya), maka berhati-hatilah jangan sampai menyesatkan dan
menfitnahmu". Allah Subhanahu wa Ta’ ala telah menurunkan ayat Al Qur'an
berkaitan dengan Bany Tamim (Muhammad bin`Abdul Wahab ,termasuk bany
Tamim, bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid
bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi ): 'Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu)kebanyakan mereka tidak mengerti' ".
(QS . 49Al-Hujurat : 4). (Imam Muhammad ibn Ahmad ibn Juzayy, al-Tashil
[Beirut , 1403] ,hal.702. ; Ibn Hazm, Jamharat ansab al-‘
Arab[Cairo,1382], 208, in the chapter on Tamim).
Sayid Alwi
Al-Haddad mengatakan :"Sebenarnya ayat yang diturunkan dalam kasus Bany
Hanifah dan mencela Bany Tamim dan Wa'l itu banyak sekali, akan tetapi
cukuplah sebagai bukti buat anda bahwa kebanyakan orang-orang Khawarij
itu dari mereka, demikian pula Muhammad binAbdul Wahhab dan tokoh
pemecah belah ummat, Abdul Aziz bin Muhammad bin Su'ud adalah dari
mereka".
Al-Allamah Syeikh Thahir Asy-Syafi 'i, telah menulis kitab menolak paham wahabi ini dengan judul : "AL- INTISHARU LIL AULIYA' ILABRAR".
Dia berkata : "Mudah-mudahan lantaran kitab ini Allah memberi mafa'at
terhadap orang-orang yang hatinya belum kemasukan bid'ah yang datang
dari Najed (faham wahabi / salafi), adapun orang yang hatinya sudah
kemasukan maka tidak dapat diharap lagi kebahagiannya, karena ada sebuah
hadits riwayat Bukhari: 'Mereka keluar dari agama dan tidak akan
kembali'. Sedangkan yang dinukil sebagian kecil ulama yang isinya
mengatakan; 'bahwa dia (Muhammad bin Abdul Wahhab) adalah semata-mata
meluruskan perbuatan orang-orang Najed, berupa anjuran terhadap
orang-orang Badui untuk menunaikan sholat jama'ah, meninggalkan
perkara-perkara keji dan merampok ditengah jalan, serta menyeru
kemurnian tauhid', itu semua adalah tidak benar. Diantara kekejaman dan
kejahilan kaumwahabi /salafi adalah meruntuhkan kubah-kubah diatas makam
sahabat-sahabat NabiShollallohu ‘alaihi wa sallam yang berada di Mu'ala (Makkah ), di Baqi' & Uhud
(Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan
mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah diatas tanah dimana
Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam dilahirkan, yaitu di Suq al-Leil
diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat
parkir onta, saat ini karena gencarnya desakan kaum muslimin
international maka dibangun perpustakaan. Benar-benar kaum wahabi itu
golongan paling jahil diatas mukabumi ini. Tidak pernah menghargai
peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam".
Menurut
ulama, Muhammad Ibnu Abdul Wahhab ini amat mahir didalam
mencampur-adukkan antara kebenaran dengan kebatilan. Oleh karena itu,
sebagian kaum Muslimin menggelarinya dengan sebutan Syeikhul Islam, dengan demikian namanya menjadi masyhur dan ajarannya menjadi tersebar. Pada masanya, keyakinan madzhab Hanbali
(Ahmad bin Hanbal rh) untuk pertama kali didalam sejarahnya mencapai
kemuliaan dan kebesarannya, yang mana pada dua periode sebelumnya tidak
memperoleh keberhasilan yang besar. Adapun yang menjadi sebabnya ialah
karena golongan Asy’ariyyah secara langsung memonopoli bidang keyakinan
sepeninggal Imam Ahmad bin Hanbal.
Dibidang tauhid, Muhamad Ibnu Abdul Wahhab mempunyai akidah atau keyakinan bahwa tauhid itu terbagi dua macam yaitu; Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyyah. Adapun mengenai tauhid rububiyyah,
baik orang muslim maupun orang kafir mengakui itu. Adapun tauhid
uluhiyyah, dialah yang menjadi pembeda antara kekufuran dan Islam. Ibnu
Abdul Wahhab ini berkata: “Hendaknya setiap Muslim dapat membedakan
antara kedua jenis tauhid ini, dan mengetahui bahwa orang-orang kafir tidak mengingkari
Allah swt. sebagai Pencipta, Pemberi rezeki dan Pengatur”. Dia dengan
berdalil firman-firman Allah swt. berikut ini:
– “Katakanlah, ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan)
pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup
dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah
yang mengatur segala urusan?’ Maka katakanlah, ‘Mengapa kamu tidak
bertakwa (kepada-Nya)?’ “. (S.Yunus [10] ;31).
– “Dan
sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan’? Tentu
mereka akan menjawab,’Allah’, maka betapakah mereka dapat dipalingkan (dari jalan yang benar)”. (S. Al ‘Ankabut [29] ; 61).
Selanjutnya Ibnu Abdul Wahhab berkata: "Jika telah terbukti bagi anda bahwa orang-orang kafir
mengakui yang demikian, niscaya anda mengetahui bahwa perkataan anda
yang mengatakan 'Sesungguhnya tidak ada yang menciptakan dan tidak ada
yang memberi rezeki kecuali Allah, serta tidak ada yang mengatur urusan
kecuali Allah, tidaklah menjadikan diri anda seorang muslim sampai anda
mengatakan, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah’, dengan mengikuti/disertai
melaksanakan artinya'"”. (Fi ‘Aqaid al-Islam, Muhmmad bin Abdul Wahhab,
hal. 38).
Dengan pemahaman Muhammad Abdul Wahhab yang
sederhana mengenai ayat-ayat Allah swt. ini, dia mudah mengkafirkan
masyarakat muslim dengan mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang musyrik
zaman kita–yaitu orang-orang muslim– lebih keras kemusyrikannya
dibandingkan orang-orang musyrik yang pertama. Karena, orang-orang
musyrik zaman dahulu (yang pertama), mereka hanya menyekutukan Allah
disaat lapang, sementara disaat genting mereka mentauhidkan-Nya. Hal ini
sebagaimana firman Allah swt yang berbunyi, “Maka apabila mereka
naik kapal, mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai kedarat,
tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (Risalah Arba’ah Qawa’id, Muhammad bin Abdul Wahhab, hal.4)
Dia juga mengatakan setiap orang yang bertawassul kepada Rasulallah saw dan para Ahlul-Baitnya (keluarganya), atau menziarahi kuburan mereka, maka dia itu kafir dan musyrik; dan bahkan kemusyrikannya jauh lebih besar daripada kemusyrikan para penyembah Lata,‘Uzza, Mana dan Hubal.
Dibawah naungan keyakinan inilah mereka membunuh orang-orang muslim
yang tidak berdosa dan merampas harta benda mereka. Pedoman yang
sering golongan Salafi kumandangkan ialah: “Masuklah kedalam ajaran
Wahabi/Salafi. Dan jika tidak, niscaya anda terbunuh, istri anda
menjadi janda, dan anak anda menjadi yatim”.
Dalam kitab al-Radd ‘ala al-Akhna’i
oleh Ibnu Taimiyyah dapat dibaca pula bahwa dia menganggap
hadits-hadits yang diriwayatkan tentang kelebihan ziarah Rasulallah saw
sebagai hadits mawdu‘ (palsu). Dia juga turut menjelaskan, ‘orang yang berpegang kepada akidah bahwa Nabi saw masih hidup walaupun sesudah wafat seperti kehidupan nya semasa baginda masih hidup, dia telah melakukan dosa yang besar’.
Inilah juga yang sering di-iktiqadkan oleh Muhamad Abdul Wahhab dan
para pengikutnya, bahkan mereka menambahkan kebatilan mengenai masalah
tersebut.
No comments:
Post a Comment