Alawiyyin atau Bani Alawi atau Ba’alawi atau Al Abi Alawi
adalah orang-orang yang bernasab kepada Rasulullah saw. Mereka itu
adalah keturunan Rasulullah saw atau Dhurriyyaturrasul yang nasabnya
melalui Habib Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin
Muhammad bin Ali Al Uroidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Bagir
bin Ali Zainal Abidin bin Husin putra Imam Ali bin Abi Thalib dan Siti
Fatimah binti Rasulullah saw.
Disamping Alawiyyin masih ada lagi keturunan Rasulullah saw yang lain, yaitu mereka yang bernasab kepada Sayyidina Husin putra Imam Ali dan Siti Fatimah, tapi nasabnya tidak melalui jalur Habib Alwi bin Ubaidillah. Mereka itu tidak disebut Alawiyyin sebab nasabnya tidak melalui jalur Habib Alwi.
Selain keturunan Sayyidina Husin, keturunan Sayyidina Hasan juga disebut sebagai Dhurriyyaturrasul atau keturunan Rasulullah saw. Mereka di kenal dengan sebutan Syarif atau Asy’rof. Sedang keturunan Sayyidina Husin dikenal dengan sebutan Sayyid.
Sekarang di Indonesia, keturunan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husin tersebut sering dipanggil dengan sebutan Habib.
Diantara keistimewaan nasab Alawiyyin adalah bahwa silsilah nasab mereka tercatat rapi. Mereka mempunyai satu badan yang bernama “Almaktab Ad Daimi” yang khusus mencatat Ansaabul Alawiyyin dimanapun mereka berada.
Karenanya bila ada orang yang bukan dari Alawiyyin mengaku sebagai seorang Alawi, pasti akan ketahuan. Sebab namanya dan nama embah-embahnya akan dicocokkan dengan buku induk Ansaabul Alawiyyin yang ada di Maktab Addaimi.
Adapun Aqidah Alawiyyin, maka sejak dahulu sampai sekarang aqidah yang diikuti adalah Aqidah Ahlussunnah Waljamaah. Satu aqidah yang berpegang kepada apa-apa yang dikerjakan oleh Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya.
Mereka menerima aqidah Ahlussunnah tersebut secara sambung menyambung sampai kedatuk mereka baginda Rasulullah saw.
Dalam hal ini Alhabib Idrus bin Umar Al Habsyi dalam kitabnya “Iqdul Yawaqit Aljauhariyah” menerangkan bahwa Alawiyyin yang ada di Hadramaut seluruhnya Ahlulsunnah Waljamaah, Syafi’I dan Asy’ari. Mereka mempunyai dasar ilmu pengetahuan yang sama dan tidak ada yang bertentangan antara satu dengan yang lain. Sehingga merupakan mata rantai yang bila digerakkan yang satu akan bergerak pula yang lain, dikarenakan mereka bersumber dari datuk mereka Ali bin Abi Tholib yang dibawa oleh Ali Zainal Abidin dan diteruskan oleh Alfaqih Almugoddam Rodiallohu Anhum.
Begitu pula seorang ulama besar Hadramaut yang sangat terkenal yaitu Alhabib Abdullah Alhadad, dalam kitabnya Tasbitul Fuaad menerangkan: bahwa Alawiyyin yang ada di Hadramaut semuanya beraqidah Ahlussunnah Waljamaah. Selanjutnya Habib Abdullah mengatakan bahwa Ahlussunnah Waljamaah adalah Alfirqoh Annajiah (golongan yang selamat dan akan masuk surga) (Annashoih Addiniyyah).
Disamping keterangan Habib Idrus dan Habib Abdullah Alhaddad diatas, Alhabib Ahmad bin Hasan Al-attas dalan kitab “Tathkirunnas“ menerangkan bahwa Alawiyyin adalah pengikut dan yang menjalankan dengan benar-benar Aqidah Ahlussunnah Waljamaah.
Apabila di Indonesia sekarang ada beberapa orang dari Alawiyyin yang terjerumus masuk Syiah, maka mereka itu berdasarkan keyakinan dalam Aqidahnya yang menganggap golongan Ahlussunnah kafir dan menganggap pernikahan yang dilakukan secara Ahlussunnah itu tidak sah, maka mereka itu berarti telah menolak nikmat yang tidak ternilai sebagai seorang Alawi Dhurriyaturrasul dan mereka berarti telah mengeluarkan dirinya dari Allawiyin.
Karenanya untuk menjaga kesucian nasab Allawiyin, maka apabila ada dari Allawiyin yang masuk Syiah meminang putri seorang Alawi selalu ditolak.
Sehingga sekarang dikalangan Allawiyin bila ada seorang Alawi meminang putri seorang Alawi maka yang menjadi syarat pertama adalah pelamar tidak Syiah dan jika dia Syiah langsung ditolak. Itulah sebabnya mengapa mereka sering menyamar sebagai seorang Sunni bila sedang melamar.
Dalam hal ini yayasan AlBayyinat sering dimintai keterangan mengenai orang-orang Allawiyin yang masuk Syiah.
Disamping Alawiyyin masih ada lagi keturunan Rasulullah saw yang lain, yaitu mereka yang bernasab kepada Sayyidina Husin putra Imam Ali dan Siti Fatimah, tapi nasabnya tidak melalui jalur Habib Alwi bin Ubaidillah. Mereka itu tidak disebut Alawiyyin sebab nasabnya tidak melalui jalur Habib Alwi.
Selain keturunan Sayyidina Husin, keturunan Sayyidina Hasan juga disebut sebagai Dhurriyyaturrasul atau keturunan Rasulullah saw. Mereka di kenal dengan sebutan Syarif atau Asy’rof. Sedang keturunan Sayyidina Husin dikenal dengan sebutan Sayyid.
Sekarang di Indonesia, keturunan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husin tersebut sering dipanggil dengan sebutan Habib.
Diantara keistimewaan nasab Alawiyyin adalah bahwa silsilah nasab mereka tercatat rapi. Mereka mempunyai satu badan yang bernama “Almaktab Ad Daimi” yang khusus mencatat Ansaabul Alawiyyin dimanapun mereka berada.
Karenanya bila ada orang yang bukan dari Alawiyyin mengaku sebagai seorang Alawi, pasti akan ketahuan. Sebab namanya dan nama embah-embahnya akan dicocokkan dengan buku induk Ansaabul Alawiyyin yang ada di Maktab Addaimi.
Adapun Aqidah Alawiyyin, maka sejak dahulu sampai sekarang aqidah yang diikuti adalah Aqidah Ahlussunnah Waljamaah. Satu aqidah yang berpegang kepada apa-apa yang dikerjakan oleh Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya.
Mereka menerima aqidah Ahlussunnah tersebut secara sambung menyambung sampai kedatuk mereka baginda Rasulullah saw.
Dalam hal ini Alhabib Idrus bin Umar Al Habsyi dalam kitabnya “Iqdul Yawaqit Aljauhariyah” menerangkan bahwa Alawiyyin yang ada di Hadramaut seluruhnya Ahlulsunnah Waljamaah, Syafi’I dan Asy’ari. Mereka mempunyai dasar ilmu pengetahuan yang sama dan tidak ada yang bertentangan antara satu dengan yang lain. Sehingga merupakan mata rantai yang bila digerakkan yang satu akan bergerak pula yang lain, dikarenakan mereka bersumber dari datuk mereka Ali bin Abi Tholib yang dibawa oleh Ali Zainal Abidin dan diteruskan oleh Alfaqih Almugoddam Rodiallohu Anhum.
Begitu pula seorang ulama besar Hadramaut yang sangat terkenal yaitu Alhabib Abdullah Alhadad, dalam kitabnya Tasbitul Fuaad menerangkan: bahwa Alawiyyin yang ada di Hadramaut semuanya beraqidah Ahlussunnah Waljamaah. Selanjutnya Habib Abdullah mengatakan bahwa Ahlussunnah Waljamaah adalah Alfirqoh Annajiah (golongan yang selamat dan akan masuk surga) (Annashoih Addiniyyah).
Disamping keterangan Habib Idrus dan Habib Abdullah Alhaddad diatas, Alhabib Ahmad bin Hasan Al-attas dalan kitab “Tathkirunnas“ menerangkan bahwa Alawiyyin adalah pengikut dan yang menjalankan dengan benar-benar Aqidah Ahlussunnah Waljamaah.
Apabila di Indonesia sekarang ada beberapa orang dari Alawiyyin yang terjerumus masuk Syiah, maka mereka itu berdasarkan keyakinan dalam Aqidahnya yang menganggap golongan Ahlussunnah kafir dan menganggap pernikahan yang dilakukan secara Ahlussunnah itu tidak sah, maka mereka itu berarti telah menolak nikmat yang tidak ternilai sebagai seorang Alawi Dhurriyaturrasul dan mereka berarti telah mengeluarkan dirinya dari Allawiyin.
Karenanya untuk menjaga kesucian nasab Allawiyin, maka apabila ada dari Allawiyin yang masuk Syiah meminang putri seorang Alawi selalu ditolak.
Sehingga sekarang dikalangan Allawiyin bila ada seorang Alawi meminang putri seorang Alawi maka yang menjadi syarat pertama adalah pelamar tidak Syiah dan jika dia Syiah langsung ditolak. Itulah sebabnya mengapa mereka sering menyamar sebagai seorang Sunni bila sedang melamar.
Dalam hal ini yayasan AlBayyinat sering dimintai keterangan mengenai orang-orang Allawiyin yang masuk Syiah.
No comments:
Post a Comment