SYIAH & KONTRADIKSINYA

Di hadapan kita ada dua kelompok :

(a) Kelompok yang mencela Alqur'an

Dengan mendakwakan terjadinya perubahan dan pemalsuan di dalamnya, yang didalangi oleh an-Nuri at-Thubrusiy, yakni pengarang kitab al-Mustadrok, yang menjadi salah satu dari 8 kitab hadits utama kaum syiah 12 imam, dialah pengarang Kitab Fashul Khitob Fi Itsbati Tahrifi Kitabi Robbil Arbab. Ia menyatakan dalam kitab tersebut tentang terjadinya tahrif (perubahan) dalam Alqur'an: "Diantara bukti adanya tahrif dalam Alqur'an adalah, fasihnya kalimat Alqur'an dalam beberapa paragraf yang sampai pada derajat mukjizat, dan lemahnya susunan kalimat di paragraf lainnya"!.[1]
Sayid Adnan al-Bahroniy mengatakan: "Banyak kabar (riwayat) yang tidak terhitung lagi jumlahnya, dan telah mencapai derajat mutawatir, sehingga tidak perlu lagi menukil riwayat itu setelah tersebarnya pendapat telah terjadinya tahrif dan perubahan yang dilakukan oleh kedua kelompok. Hal ini sudah menjadi opini yang diterima oleh para sahabat dan tabi'in, bahkan itu merupakan ijma' golongan yang benar (syiah) dan menjadi pokok utama aliran mereka, dan riwayat-riwayat mereka banyak sekali menceritakan tentangnya".(2)
Yusuf al-Bahroniy mengatakan: "Tidak asing lagi, di dalam riwayat-riwayat ini terdapat banyak dalil dan ungkapan yang jelas dan gamblang, tentang pendapat yang kami pilih dan jelasnya perkataan kami. Seandainya kabar seperti ini masih bisa disangsikan, padahal riwayatnya sangat banyak dan menyebar, tentunya kabar tentang seluruh ajaran syariat Islam juga jelas bisa disangsikan keabsahannya. Karena pokoknya adalah sama, begitu pula jalan sanad, para perowi, para syeikh dan para penukilnya.
Sungguh, pendapat yang menyatakan tidak adanya perubahan dan penggantian dalam Alqur'an, itu tidak luput dari tindakan berbaik sangka dengan para imam (kholifah) yang dholim, bahwa mereka tidak berkhianat terhadap imamah kubro, padahal sudah jelas mereka telah berkhianat terhadap amanat lain yang lebih berbahaya terhadap agama, yang ditumpukan kepada mereka".(3)
Sangat jelas sekali celaan kelompok ini, bahwa telah terjadi tahrif (perubahan) dalam alqur'an.

(b) Kelompok lain (yaitu para sahabat Nabi -shollallohu alaihi wasallam-),

dosa mereka yang tidak dimaafkan oleh syiah 12 imam, adalah karena mereka telah menyerahkan khilafah kepada Abu Bakar r.a., padahal harusnya mereka serahkan kepada Ali r.a.!
Terhadap kelompok pertama, para ulama syiah 12 imam memberikan udzur kepadanya, dan kata paling pedas yang mereka katakan hanyalah kata "mereka telah salah", atau "mereka telah berijtihad dan berusaha men-ta'wil, tapi kita tidak sependapat dengan mereka".
Andai aku tahu, sejak kapan masalah terjaganya Alqur'an atau ia telah dirubah dijadikan sebagai ajang untuk berijtihad?! Lalu Ijtihad macam apa yang terdapat dalam ucapan di pelaku kriminal ini bahwa "di dalam Alqur'an terdapat susunan kalimat yang lemah susunannya"! Sungguh itu merupakan petaka yang sangat besar.
Cobalah kita ambil contoh penilaian para ulama syiah 12 ini kepada mereka yang mengatakan terjadinya perubahan dalam Alquran:
Sayid Ali al-Milaniy -salah seorang ulama besar syiah 12 imam sekarang ini-, ia mengatakan dalam kitabnya 'Adamu Tahrifil Qur'an (hal. 34) ketika membela al-Mirza Nuri at-Thubrusiy: "al-Mirza Nuri at-Thubrusiy adalah salah seorang ahli hadits yang besar, kami menghormatinya, ia salah seorang ulama besar kami, kami sama sekali tidak mampu dan tidak boleh mencelanya, itu perbuatan yang haram, karena ia termasuk ahli hadits yang besar dari ulama kami".(4)

Cobalah renungkan kontradiksi yang ada ini !!!

[1] Fashlul Khitob fi Itsbati Tahrifi Kitabi Robbil Arbab (hal. 211)
[2] Masyariqusy Syumus ad-Durriyah (hal. 126)
[3] Ad-Durorun Najfiyah, karangan Yusuf al-Bahroni (hal. 298)
[4] Tsumma Abshortul Haqiqoh (hal. 294)

No comments:

Post a Comment

Tentang Saya